Kamis, 28 Juli 2016

Rahasia Hati

Lok: Klenteng Tay Kak Sie,
Gg. Lombok - Semarang
Judul: Rahasia Hati
Judul Asli: こころ - Kokoro
Pengarang: 夏目 漱石 - Natsume Sōseki
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (2016)
ISBN: 9786024240325
Jumlah Halaman: 272 halaman
Penerbitan Perdana: 1914



Lihat sinopsis
RAHASIA HATI melukiskan kesepian manusia dalam dunia modern. Tokoh Sensei yang merasa asing dalam masyarakat, bahkan terhadap istrinya, justru sadar bahwa sikapnya itu merupakan suatu dosa. Dan dosa itu harus mendapat hukuman—bukan dari manusia lain, tapi dari dirinya sendiri.


"Kenapa aku menunggu begitu lama untuk mati?"


Sedih sekali membaca novel ini. Bikin ngelangut. Kisah sang sensei yg dipendam berpuluh tahun, nyatanya menggerogoti dari dalam, hingga akhirnya membuncah dan meledak dalam kesunyian. Kesalahan dan kepengecutan hatinya pada satu saat di masa lampau itu meminta bayaran yg jauh lebih besar. Ah... kalau saja...


Novel ini dibuka dengan menceritakan si tokoh "Aku" yang bertemu dan merasa tertarik pada seorang terpelajar tua yang dipanggilnya Sensei. Secara edukasi dan finansial memang tokoh Sensei ini sangat mapan, tapi tokoh aku, selain mendapatkan kesempatan untuk bertukar pikiran dengan sang Sensei, ia juga sering mendapatkan petuah dan sumbang saran tentang kehidupan. Sensei sendiri sedikit tertutup akan kehidupan pribadinya, namun menyiratkan kesedihan luar biasa tentang seorang sahabatnya yang telah meninggal dan kuburnya selalu rajin disambanginya.

Setengah cerita, menceritakan dari sudut pandang Aku, dengan berbagai persoalan pribadinya, dari pendidikannya, harapan keluarganya, hingga Ayahnya yang sakit parah dan diramalkan tak akan lama lagi hidupnya, sedangkan si Aku ini masih bimbang akan jalan kehidupan yang ingin diambilnya selepas kelulusan pendidikan universitasnya.

Nah tapi setengah cerita selanjutnya, diceritakan dari sudut pandang Sang Sensei, yang men-flashback-kan kisah hidupnya saat masih kuliah dulu dalam bentuk surat paaaaaanjaaang. Mulai bab surat ini, minat bacaku pada novel ini yang awalnya biasa-biasa saja, jadi naik amat sangat tinggi. Menurutku ini pula inti dari novel yang banyak menuai pujian. Rahasia hati sang Sensei. Isi hati sang Sensei. Rasa bersalah yang tak pernah dibaginya kepada siapa pun sampai saat itu.

Aku demikian terlarut dalam cerita Sensei ini, hingga tak sadar ikut sedih dan menitikkan air mata, walau sudah menduga akhir cerita si sahabat. Okelah, Sensei memang bisa dikatakan mengkhianati kepercayaan sahabatnya, tapi harusnya mereka bertengkar saja, meledakkan amarah dan kebencian sesaat, menudingkan jari dan menuduh... kalau perlu sampai berkelahi adu jotos dan tukar bogem... bukannya malah masing-masing memendam kekecewaan, lalu...   aku sedih lagi

Sudahlah, akhir kata dari sang Sensei, ia mengharapkan kisah hidupnya bisa menjadi contoh bagi yang lain agar tidak mengulang kesalahan yang sama dan menjalani hidup dengan penuh penyesalan. Sayang sekali novel ini langsung berakhir di sini, tidak memberi penutup bagaimana tanggapan tokoh Aku akan surat panjang dari orang yang dihormatinya sepenuh hati ini atau kisah hidup Aku selanjutnya. Tapi dengan ketukan keras itu sebagai endingnya, dampak dan kesannya memang sangat membekas di hatiku.


Tentang Pengarang:

Natsume Sōseki (夏目 漱石, 9 Februari 1867 – 9 Desember 1916), adalah novelis Jepang yang terkenal dengan karyanya seperti Kokoro, Botchan, dan I Am a Cat. Ia juga menulis haiku, kanshi, dan dongeng.

Tema utama karya Sōseki's adalah perjuangan orang-orang biasa dalam menghadapi kesulitan ekonomi, konflik antara kewajiban dan keinginan (giri - sebuah tema tradisional Jepang), kesetiaan dan mentalitas grup melawan kebebasan dan individualitas, keterasingan pribadi serta industrialisasi pesat dan konsekwensi sosialnya. Karyanya yang berjudul Wagahai wa neko de aru (I Am a Cat) - 1905, sarat pandangan sardonic tentang transformasi sosial dan modernitas, penuh ketidakpastian dan ketidakpuasan.

Kokoro (Rahasia Hati) - 1914, lebih bernada melankolik dan sensitif, kisah tragis yang memaparkan kondisi kesepian manusia. Untuk Sōseki, alienasi adalah dampak mendasar dari individu yang terbelah antara tradisi dan modernitas.

Ketidakpuasan dan kekecewaan adalah tema-tema yang terus berlanjut dalam karyanya, seiring dengan kesendirian dan penderitaan sang pengarang hingga akhir hayatnya, di tahun 1916 ia meninggal karena penyakit perut kronis.

Dalam tahun-tahun terakhirnya penulis seperti Akutagawa Ryūnosuke dan Kume Masao tampak jelas terpengaruh oleh gaya penulisannya.


Sebagai pengakuan atas karya-karyanya, dari tahun 1984 hingga 2004, gambar wajahnya menghiasi bagian depan uang kertas Jepang 1000 yen.

Source: Wikipedia Willamete Uni Site LikeSuccess etc




https://www.goodreads.com/review/show/1690826527

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget