Judul: Warisan
Judul Asli: The Legacy
Pengarang: Tsitsi V. Himunyaga-Phiri
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia (1996)
ISBN: 979-461-230-8
Jumlah Halaman: 119 halaman
Penerbitan Perdana: 1992
Dari sinopsis:
Dengan tajam Warisan menyoroti kemerosotan kepercayaan terhadap masyarakat yang dikuasai oleh laki-laki dan praktek-praktek dalam masyarakat tersebut. Apa yang terjadi kalau kematian merenggut suami seorang istri? Apakah keluarga suami mewarisi seluruh harta yang telah dikumpulkan oleh pasangan itu? Nyonya Mudenda berpendapat: tidak terhadap keputusan ini... tapi mau tak mau ia harus melewawati tata cara yang sangat menusuk hati, yaitu tidur dengan adik iparnya untuk "membersihkan" arwah almarhum suaminya. Ia menggunakan seorang pengacara dan berjuang dalam pertempuran hukum mendapatkan apa yang sebenarnya merupakan hak warisnya.
Ini sebuah novel tipis yang kental sekali menyoroti perbedaan hak antara pria-wanita, untuk bersekolah, perkawinan, perlindungan hukum, dan tentu saja, warisan. Dituturkan sepenuhnya satu dimensi dari sudut pandang seorang wanita yang seumur hidupnya terjajah hak pribadinya oleh ayah dan suaminya, kini memilih berjuang melindungi hak anak-anaknya, saat sepotong tanah milik alm. suaminya hendak diserahkan pada ayah dan adik sang suami, meskipun selama ini ia yang bekerja keras mengolah lahan ini sementara suaminya itu sibuk berselingkuh dan bersenang-senang di luar rumah.
Sebenarnya topik yg diangkat cukup dalam mengiris persoalan-persoalan feminisme --dan yang paling kusuka, si tokoh utamanya tidak berlarut-larut menyalahkan tradisi, alih-alih ia menunjukkan perjuangan melalui pendidikan dan kerja keras-- tapi, sayangnya, cara penyampaiannya terasa dijejalkan begitu saja pada pembacanya. Narasi panjang Moya Mudenda mendominasi seluruh novel. Minimnya dialog membuat tidak ada ruang untuk pembaca merasakan, berpikir dan menarik kesimpulan sendiri. Hasilnya, tidak terasa balutan emosi yang menjangkarkan pembaca pada karakter tokoh utamanya. Membaca novel ini malah mengingatkan saya pada sebuah kolom kisah nyata di salah satu majalah wanita.
Tentang edisi bahasa Indonesianya ini, diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia dan diterjemahkan dan diberi pengantar dari Budi Darma (kudapatkan di obralan Festival Buku bulan kemarin, tiga ribu rupiah saja). Terjemahannya apik, kalimatnya mengalir lancar, mudah dinikmati dan tanpa typo. Seep!
Yang kurang justru perkenalan terhadap pengarangnya. Aku sampai harus nembolak balik halaman hanya untuk mencari negeri asal pengarang dan setting cerita ini (Zambia ternyata, baru ketemu di halaman situs GR). Blurb-nya di sampul belakang tidak menyebutkan, halaman Tentang Pengarang menyebutkan gelar dan profesi pengarang tanpa biodata lain, sedangkan Pengantarnya berlama-lama menjelaskan definisi feminisme dan satu-satunya penanda geografis yg dituliskan adalah 'Afrika' tanpa penjelasan lebih lanjut.
Sebenarnya saya malah tidak yakin apakah pengarangnya ini perempuan atau laki-laki lo #eh
Wah sepertinya wajib baca nih >.< huwaaa cuma tiga ribu!!! Ya ampun mau banget deh
BalasHapus