Tampilkan postingan dengan label J. K. Rowling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label J. K. Rowling. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Agustus 2016

Bromance Story between Potter and Malfoy (Not a FanFic!)



Title: Harry Potter and The Cursed Child
Author: J.K. Rowling, Jack Thorne, John Tiffany
Publisher: Pottermore (2016)
Num of pages: 320 pages
First published: 2016




Lihat sinopsis
The Eighth Story. Nineteen Years Later.

Based on an original new story by J.K. Rowling, Jack Thorne and John Tiffany, a new play by Jack Thorne, Harry Potter and the Cursed Child is the eighth story in the Harry Potter series and the first official Harry Potter story to be presented on stage. The play will receive its world premiere in London’s West End on July 30, 2016.

It was always difficult being Harry Potter and it isn’t much easier now that he is an overworked employee of the Ministry of Magic, a husband and father of three school-age children.

While Harry grapples with a past that refuses to stay where it belongs, his youngest son Albus must struggle with the weight of a family legacy he never wanted. As past and present fuse ominously, both father and son learn the uncomfortable truth: sometimes, darkness comes from unexpected places.



Well now, actually I didn't really want to read this. First, coz it is a staged script, not really a novel, I would preferred to watched the play *yeah right!!*.
Another reason, it's not 100% original JKR.
And mostly, coz I reaaaaallyy like the closing of HP7. It's done. Finale. Perfect.

Why ruins it?

But one thing leads to another, and I end up read it all in one sit. In general, I don't don't like it, I just don't love it like the original HP series.

1) I think JKR is still amazing with every little details. Things that seems trivial in the beginning do have big meaning in the story. Just like Hagrid rode *Sirius Black's bike* to Pivet Drive to take baby Harry, one little blankie plays important in the climax of TCC.

2) Don't like that the villain was too obvious. Oh c'mon, I bet all HP readers point finger to the real CC before 2nd stage even begin, if not earlier. In all seven HP, this never happened... we keep gueesing and guessing... is he bad? is he not?

3) LOVVVVVE that JKR gave Slytherin house a fair chanche. LOVE IT!!!

4) I prefered the concept of time turner in the PoA compare to the concept in here. You can change the future if you obviously came back from the future in the same reality (remember that Harry can defeat the dementors coz he saw/know he defeated them?) That was so unique, and yet surprising.

5) The bromance between this new generation of Potter and Malfoy was overloaded overheated over.... =))
*not sure wether I like or not*

But by and by, it was a fun read. Nostalgic. Some -what if- play with Ron and Hermione life highlight the story. Enjoying new relationship between Harry and Draco too. Great to know of what they all become after all these years (I miss Luna, where is she?). And then sigh.... ooughh, am I as old as them?? Am I as happy as they are?
*yeeeaaah*

Btw, I love you, Scorpius, you are sweet candy man. Don't worry, Rose will soon noticed you for sure, hehehe.... ^^




https://www.goodreads.com/review/show/1724532842

Kamis, 19 Mei 2016

Career of Evil - Titian Kejahatan


Judul: Career of Evil - Titian Kejahatan
Judul Asli: Career of Evil
Seri: Cormoran Strike #3
Pengarang: Robert Galbraith
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2016)
ISBN: 978-602-03-2636-8
Jumlah Halaman: 552 halaman
Penerbitan Perdana: 2015
Literary Awards: Audie Award-Mystery (2016), Goodreads Choice Nominee-Mystery & Thriller (2015)



Lihat sinopsis
Sebuah paket misterius dikirim kepada Robin Ellacott, dan betapa terkejutnya dia ketika menemukan potongan tungkai wanita di dalamnya.

Atasan Robin, detektif partikelir Cormoran Strike, mencurigai empat orang dari masa lalunya yang mungkin bertanggung jawab atas kiriman mengerikan itu—empat orang yang sanggup melakukan tindakan brutal.

Tatkala polisi mengejar satu tersangka pelaku yang menurut Strike justru paling kecil kemungkinannya, dia dan Robin melakukan penyelidikan sendiri dan terjun ke dunia kelam tempat ketiga tersangka yang lain berada. Namun, waktu kian memburu mereka, sementara si pembunuh kejam kembali melakukan aksi-aksi yang mengerikan…

Career of Evil adalah kisah misteri yang cerdas dengan pelintiran-pelintiran tak terduga, dan menceritakan bagaimana kedua tokohnya, Cormoran Strike dan Robin Ellacott, berada pada persimpangan penting dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka.





Carrer of Evil - Blue Öyster Cult

I choose to steal what you choose to show
And you know I would not apologize
You're mine for the taking.

I'm making a career of evil....

Nah, membaca buku ini aku merasa tidak se-wah seperti saat membaca Cuckoo, atau merasa se-interestingly-gory seperti isi Silkworm, tapi ini punya banyak moment-momentnya sendiri. Kisah seputar latar belakang Cormoran dan Robin memberi banyak lapisan karakter yang sangat kusukai dari sebuah novel berseri seperti ini. Dan khususnya, munculnya karakter Shankers, yang memberi banyak warna untuk kehidupan pribadi dan profesional Corm.


Kisah dibuka saat Robin yang menanti-nanti sebuah paket untuk persiapan pesta pernikahannya. Alih-alih mendapatkan dus berisi kamera sekali pakai yang diinginkannya, sang kurir ternyata malah membawakan sepotong tungkai manusia, cewek, muda. Paniklah dia hingga menjerit mengagetkan Cormoran. Corm langsung menghubungi Inspektur Polisi Wardle (dari kasus Landry) dan meyerahkan kasus ini kepadanya.

Melihat lelucon kasar terhadap fisik Corm di balik pengiriman potongan tungkai ini, mereka berdua kemudian mengurut-urutkan empat orang calon tersangka dari masa lalu Corm, baik secara pribadi maupun semasa masih menjadi polisi militer dulu. Dua orang bekas tentara yang memendam dendam pada Cormoran Strike, bekas ayah tiri pemabuknya dan seorang anggota mafia. Pihak polisi dan Wardle lebih mencurigai si mafia, sedangkan Corm malah terbayang-bayang ketidaksukaannya pada si ayah tiri. Nantinya setelah Robin menggali-gali masa lalu Corm, ternyata ada sebab khusus di balik sikapnya ini... Corm menganggap kematian ibunya secara langsung atau tidak adalah karena si ayah tirinya ini.

Selain itu, kedua bekas tentara lainnya itu (yang gemar menganiaya wanita dan melecehkan anak kecil) juga mendapatkan perhatian dari Corm dan Robin. Mereka berdua mulai membagi tugas untuk mencari tahu keberadaan dan keadaan mereka. Namun belum jauh mereka melangkah, potongan tubuh kedua kembali dikirimkan kepada Robin. Sebuah jari kaki dari wanita yang sama. Teror ini cukup membuat Corm mengambil keputusan untuk meliburkan Robin. Padahal, situasi pribadi Robin sendiri malah sedang kisruh dengan persoalan-persoalan dengan tunangannya. Di saat Robin sedang sangat terpuruk ini, tak sengaja masa lalunya terkuak pada Corm. Mengapa ia tiba-tiba putus kuliah, dan secuplik kenangannya dengan sang tunangan yang mendasari hubugan mereka hingga kini. Juga motivasi Robin untuk menjadi detektif bersama Cormoran. Terbukanya masa lalu masing-masing, serta perjalanan penyelidikan bermobil ke berbagai daerah pelosok, membuat hubungan mereka berdua menjadi sangat dekat, sampai-sampai Corm harus berkali-kali mengingatkan dirinya sendiri akan siapa Robin dan hubungan profesional antar mereka.

Satu per satu benang kusut kasus ini diurai. Di saat yang sama, perjalanan emosional Cormoran dan Robin juga ikut diuraikan. Masa lalu keduanya. Kedekatan keduanya. Hubungan keduanya. Hingga suatu saat, bunga-bunga yang salah musim mengantarkan Cormoran pada pemecahan kasus yang sebenarnya.


* * *

Seperti yang sudah kubilang di atas, point teratas untuk seri Strike yang ini adalah pada penggalian masa lalu masing-masing tokoh. Semuanya dipaparkan dengan sangat real dan wajar, meski pedih dan menyakitkan. Sekali lagi JKR membuktikan diri sebagai penulis yang mumpuni dalam meberi lapis-lapis karakterisasi pada tokoh-tokoh ciptaannya. Sebagai pembaca, aku juga suka karena Robin dan Corm memilih satu sama lain untuk membuka diri dan membagi kenangan pribadi mereka.

Karakter-karakter minor dalam novel ini banyak menyoal pada dua hal. Yang pertama adalah BIID (Body Integrity Identity Disorder), sebuah kelainan jiwa tidak rasional yang menginginkan untuk menyingkirkan bagian tubuh yang sehat. Rasanya aku pernah melihat hal ini diangkat dalam salah satu episode seri televisi Criminal Minds, tapi waktu menonton itu, aku sih masih berpikir "masak iya ada yang kayak gitu".  Setelah membaca novel ini, baru kusadari bahwa ini benar-benar terjadi dan ada dalam ilmu kedokteran. Haish... makin aneh ini manusia!! *lebay*

Hal kedua yang diangkat, tentu saja adalah kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan terhadap anak. Pelaku kriminalnya sering kali luput dari jerat hukum karena korban-korbannya enggan melaporkan, atau malah tidak merasa/tidak tahu telah menjadi korban sama sekali. Mereka telah amat sangat tersiksa sehingga seakan-akan menganggap wajar perlakuan yang diterimanya. Sangat memilukan membaca hal tersebut di novel ini.


Endingnya..... kenapa ya kok banyak yang gak suka.... Aku malah merasa puaaass sekali saat membacanya. Ada dua alasan. Pertama, membuktikan bahwa karakter Cormoran Strike ini benar-benar terhormat, setia kawan dan patut diacungi jempol. Ada batas-batas profesionalitas dalam hubungan Corm-Robin, yang tak pernah dilanggar sekali pun, apapun alasannya, dan menunjukkan bahwa alasan sebenarnya tindakan Corm adalah untuk melindungi Robin dari si penjahat dan ia tetap "sahabat" baiknya. Jika nanti nanti naaaanti, hubungan mereka berkembang ke arah lain, itu bukan karena Corm menggunting dalam lipatan, mengambil keuntungan saat moril Robin sedang berada di titik terendah dalam hidupnya. Salut untuk Cormoran Strike. (jadi teringat pada Sersan Mayor Seo Dae-young, yang sama-sama tentara "terhormat" dan  datang di pernikahan meski pedih hatinya, wakakakaka...) #ter-DotS #lalupenginnontonYooSijinlagi  :D

Alasan yang kedua... tentu saja karena ini tipe ending yang bikin penasaran plus plus plus!!


* * *

Edisi terjemahan Bahasa Indonesianya lumayan bagus... dan ehm... harganya juga bagussss sekali. #gakusahdibahaslah  Tapi untuk edisi semahal ini (katanya gak usah dibahas), kok masih ada typonya ya. Dua kali pula, di hal 354 (menbangun) dan 389 (mengeri). Hmmm....

Covernya aku suka, terima kasih karena masih menggunakan cover asli seperti kedua buku sebelumnya. Ilustrasi gambar punggung Corm, dengan tiang lampu jalan dan pagar besi. Seeep dah.




Baca reviewku juga untuk buku sebelumnya:
Cuckoo's Calling
Silkworm



Catatan tentang Robert Galbraith

Rowling wrote The Cuckoo's Calling 
under the pen name Robert Galbraith
Seperti yang telah banyak diketahui orang, Robert Galbraith tidaklah lain dari J.K. Rowling, si ibu dari seri Harry Potter yang telah menyihir puluhan juta penggemar novel fantasi. Setelah menerbitkan novel The Casual Vacancy, JKR berniat menulis sebuah seri novel detektif, namun (awalnya) tidak mau tokohnya ini dikaitkan atau dibandingkan dengan tokoh-tokoh seri sebelumnya. Dipakailah sebuah nama pena Robert Galbraith.

Namun apa mau dikata, fakta ini bocor akibat sebuah kicauan twitter dari seseorang yang secara tidak langsung berhubungan dengan kantor pengacara Rowling. Kantor pengacara ini kemudian meminta maaf secara publik atas kelalaian ini dan membayarkan sejumlah besar uang ganti rugi, yang kemudian disalurkan sepenuhnya kepada organisasi nirlaba The Soldiers' Charity sebagai penghargaan Rowling kepada para tentara dan keluarga mereka. Baca lebih lanjut tentang kasus ini di sini.






https://www.goodreads.com/review/show/1629476855

Selasa, 07 Juli 2015

The Casual Vacancy


Judul: Perebutan Kursi Kosong
Judul Asli: The Casual Vacancy
Pengarang: J. K. Rowling
Penerbit: Qanita - Penerbit Mizan (2012)
ISBN: 9786029225686
Jumlah Halaman: 593 halaman
Penerbitan Perdana: 2012
Literary Awards: Goodreads Choice for Best Fiction (2012)



Lihat sinopsis
Ketika Barry Fairbrother meninggal di usianya yang baru awal empat puluhan, penduduk kota Pagford sangat terkejut.

Dari luar, Pagford terlihat seperti kota kecil yang damai khas Inggris, dengan Alun-alun, jalanan berbatu, dan biara kuno. Tetapi, di balik wajah nan indah itu, tersembunyi perang yang berkecamuk.

Si kaya melawan si miskin, remaja melawan orangtua, istri melawan suami, guru melawan murid... Pagford tak seindah yang dilihat dari luar.

Dan kursi kosong yang ditinggalkan Barry di jajaran Dewan Kota menjadi pemicu perang terdahsyat yang pernah terjadi di kota kecil itu. Siapakah yang akan menang dalam pemilihan anggota dewan yang dikotori oleh nafsu, penipuan, dan pengungkapan rahasia-rahasia tak terduga ini?

Speechless...

Itu kesan pertamaku setetah menamatkan membaca buku ini. Bukan saja endingnya yang tak terduga itu, tapi memang sejak awal, semua hal telah membuatku terus meraba-raba, sebenarnya ke manakah alur cerita ini sebenarnya. Karakter-karakter yang muncul juga semuanya (dan ada banyak karakter di sini) punya peran penting, menyimpan rahasia kecil, serta mengharapkan hal-hal luar biasa. Tak ada karakter utama di sini, semua karakter minor dan mayor, tergantung situasi. Dan semuanya merata, dari yang paling tua, Howard Mollison, para orang dewasa, lalu ada anak-anak muda usia SMU, hingga yang paling muda, Robbie Wheedon - balita mungil bernasib kurang beruntung karena lahir dari seorang ibu junkie. Setting kota kecil Pagfort menjadi panggung sandiwara penuh intrik ala opera sabun yang tidak lucu dan berujung tragis

Kisah dibuka dengan kematian Barry Fairbrother, seorang anggota dewan kota Pagfort secara mendadak. Kota Pagfort pun gempar dan masing-masing orang punya pendapat tentang apa yang akan terjadi kemudian. (Di halaman-halaman awal ini, harap sabar membaca dan mencerna, karena satu demi satu karakter-karakter kisah bermunculan tanpa adanya jalinan yang kasat mata, sedikit membuat kening berkerut karena banyaknya, tapi percayalah, semuanya penting dan akan berperan dalam cerita.)  Lalu dari kekacauan ini, pelan-pelan pembaca mulai disadarkan tentang sesuatu yang sebenarnya menjadi ganjalan dalam benak semua orang. Barry Fairbrother dalam jabatannya sebagai anggota dewan kota, ternyata memegang salah satu kunci keseimbangan pergolakan politik yang terjadi dalam kota itu. Dan sekarang, dengan tidak adanya Barry, apapun bisa terjadi. Jika orang yang tidak tepat menggantikan jabatan Barry, keputusan yang diambil dapat mengarahkan kebijakan kota tersebut ke satu arah, atau arah sebaliknya. Masalahnya, siapa orang yang tepat, dan tepat menurut siapa. Semua orang pun, secara sadar atau tidak, secara langsung atau tidak, mulai pasang ancang-ancang politik. Dari pemilik toko kelontong hingga guru sekolah, dari petugas sosial hingga pegawai konstruksi.

Selain masalah politik, sosok Barry sebagai manusia pun meninggalkan konflik pribadi yang tidak mudah. Istrinya yang dulu sering merasa tersisihkan, kini kehilangan pegangan hidup. Sahabat baiknya ternyata memendam perasaan yang sedikit tidak pantas kepadanya, sementara sahabat yang lain ternyata menaruh hati pada istrinya. Bahkan anak-anak yang dilatihnya dalam tim dayung SMU kini seperti anak ayam kehilangan induk.

Saat intrik politik bergulir semakin panas, (hantu) Barry kembali dan mulai menuliskan rahasia-rahasia kelam para calon pengganti jabatannya di message board situs web kota. Tuduhan keji (dan benar) yang membuka aib mereka. Kecurigaan makin tak terkendali karena kedua kubu mendapat serangan. Sedangkan pelaku sebenarnya ternyata punya alasan lain sama sekali.

Seperti yang kukatakan di atas, endingnya bikin shock. Setelah semua gonjang-ganjing politik berkepanjangan, keputusan dewan kota harus diambil. Meskipun keputusan terbaik tapi mungkin bukan keputusan paling benar secara moral yang mereka buat. Korban-korban yang tak diharapkan pun muncul mengakhiri kisah ini.

Kematian Barry Fairbrother secara tak langsung ternyata mampu mengguncang-guncang keamanan semu yang dimiliki tiap orang di Pagford, dan membuat mereka memikirkan ulang jalan hidup masing-masing.



Sebenarnya aku sudah punya buku bantal ini sejak duluuuu (versi ebook-nya malah sudah dapat dari saat terbit), namun aku gagal baca melewati bab-bab awal itu. Kemarin-kemarin itu sedang santer-santernya berita tentang mini seri TCV yang akan tayang di BBC, aku pun berjuang untuk menyelesaikan novel ini sebelum menonton versi dramanya itu. Daaaaann.... akhirnya mampu tamat juga. Bukan saja tamat, tapi malah setelah melewati setengah buku, saat jalinan alurnya sudah solid dan jelas, novel ini malah sangat sulit ditinggalkan. Berlapis-lapis karakter yang membentuk mozaik kota kecil secara utuh. Menurutku, pada akhirnya, hubungan antar manusia di sini (suami-istri, ibu-anak, bapak-anak, antar kekasih, persahabatan, pertemanan, kakak-adik) yang diramu dengan sangat pas-lah yang menjadi tema utamanya, bukan konflik politik yang melatarbelakanginya.


Mini seri TCV

Novel ini kemudian diangkat oleh BBC menjadi sebuah mini seri 3 episode. Yang aku suka dan bikin betah nonton dari versi televisinya ini adalah penggambaran visual kota Pagfort yang khas Inggris banget! Berbukit-bukit penuh rumput hijau, sungai kecil mengalir jernih, deretan toko di jalan kecil, bangunan-bangunan tua, bus sekolah, dsb, semuanya tertangkap kamera dengan sangat indah.    

Konfliknya cukup setia dengan versi novelnya, tapi dengan perubahan drastis di bagian akhir. Jika di novel, akhir yang mengejutkan itu jadi nilai tambah yang bikin pembaca terpikir-pikir terus, versi mini serinya ini tampaknya berusaha menghaluskan kesan yang ditinggalkan. Satu hal yang mungkin bagus, tapi menurutku jadi kurang greng! Kurang satu punch penghabisan yang dramatis. Ending yang itu juga mengecilkan peran Sukhvinder, gadis yang di novelnya, jadi big hero setelah tersia-sia sepanjang cerita. 

Beberapa adegan yang di buku hanya dituliskankan tersamar, dalam versi tv-nya disajikan dengan jelas dan sedikit vulgar, seperti rahasia keempat yang dibeberkan hantu Barry tentang keluarga Howard Mollison.

Bicara tentang keluarga Mollison, aku lebih suka penjabaran masalah yang dialami Samantha Mollison versi tv, juga endingnya, di mana Miles-Samantha digambarkan lebih dekat. Meskipun begitu, versi novel juga bagus dengan memperlihatkan Samantha berhasil bangkit dan memiliki ambisi (jadi anggota Dewan Kota) juga. Lebih ironis-humoris kesannya.  

Dinamika keluarga Price juga sangat bagus terjalin dalam mini seri ini. Jika di novelnya aku sebaaaal pada Simon setengah mati, di sini aku juga sebal sih, tapi ada juga kesan-kesan baik yang tertampilkan.

Secara keseluruhan, menurutku novel dan drama televisi TCV ini sama-sama mampu menghidupkan kisahkan cerita kota Pagfort yang sedang dilanda kegalauan berjamaah. 

Lupakan Harry Potter dan pelajaran sihirnya. Tinggalkan Cormoran Strike dengan burung kukuk dan ulat sutranya. Baca novel TCV ini lalu tonton dramanya. Dua-duanya bagussss. 





https://www.goodreads.com/review/show/436739134

Selasa, 20 Januari 2015

(Notes Between Pages) Satu Tangan Banyak Warna - Sebuah Ekspektasi pada Pengarang Favorit



Setiap pembaca buku, novel terutama, dari genre apapun, pasti punya pengarang favorit. Nama-nama penulis yang hasil karyanya selalu ditunggu-tunggu dengan tak sabar, apalagi kalau yang ditunggu itu bagian dari sebuah seri, apalagi jika seri sebelumnya diakhiri dengan amat sangat kentangnya, gantung gak karuan *teringat Stolen Songbird yang baru saja habis dibaca*. Pasti bikin hati tak sabar menunggu kelanjutannya. Begitu pula jika novel yang dibaca adalah sebuah serial, kisah detektif In Death misalnya, yang meskipun setiap bukunya diakhiri penuh, tamat, kasus yang dihadapi selesai, tapi tetap saja ada keinginan untuk mengalami kembali ketegangan penyelidikan bersama tokoh-tokoh yang kita kenal baik layaknya seorang teman. Novel-novel lepas pun sering memiliki benang merah rasa yang sama jika berasal dari pengarang yang sama. Penggemar John Grisham dengan legal thriller-nya, atau John Green dengan sicklit-nya atau yang lagi ngetrend saat ini, Gillian Flynn dengan kisah thriller sakit jiwa-nya.

Singkatnya, seringkali sebuah nama pengarang diasosiasikan dengan sebuah genre tertentu. Pembaca, kita, ((aku)), mengharapkan bahwa setiap buku yang dituliskannya, pasti membawa warna tertentu. Sebuah ekspektasi khusus yang harus terpenuhi dari larik-larik kalimat yang membawa kisahnya.

Lalu bagaimana jika tiba-tiba pengarang favorit kita tiba-tiba melenceng dari jalur penceritaan yang kita harapkan?

Kamis, 11 Desember 2014

The Silkworm - Ulat Sutra


Judul: Ulat Sutra
Judul Asli: The Silkworm
Seri: Cormoran Strike #2
Pengarang: Robert Galbraith
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2014)
ISBN: 978-602-03-0981-1
Jumlah Halaman: 536 halaman
Penerbitan Perdana: 2014



Sinopsis:
Seorang novelis bernama Owen Quine menghilang. Sang istri mengira suaminya hanya pergi tanpa pamit selama beberapa hari—seperti yang sering dia lakukan sebelumnya— lalu meminta Cormoran Strike untuk menemukan dan membawanya pulang.

Namun, ketika Strike memulai penyelidikan, dia mendapati bahwa perihal menghilangnya Quine tidak sesederhana yang disangka istrinya. Novelis itu baru saja menyelesaikan naskah yang menghujat orang banyak—yang berarti ada banyak orang yang ingin Quine dilenyapkan.

Kemudian mayat Quine ditemukan dalam kondisi ganjil dengan bukti-bukti telah dibunuh secara brutal. Kali ini Strike berhadapan dengan pembunuh keji, yang mendedikasikan waktu dan pikiran untuk merancang pembunuhan yang biadab tak terkira.

Oh wow, sekali lagi angkat dua jempol buat JKR... eh Galbraith deng.... ^^

Kasus ini, jika dibandingkan kasus Cuckoo's Calling sebelumnya, akan terasa lebih gory dan sadis. Gory menyeramkannya bukan hanya dalam cara membunuh korbannya, melainkan lebih pada metafora-metafora psikologis dan tentang skandal-skandal kehidupan karakter-karakter yang berperan. Semuanya dituliskan dalam novel Bombyx Mory, yang jadi biang keladi semua masalah yg terjadi. Pokoknya, meskipun tidak ditunjukkan secara vulgar menjijikan, tetapi terasa sekali bahwa jalan pikiran Si Ulat Sutra ini benar-benar JAHAT. Namun untuk perkembangan karakterisasi tokoh-tokohnya, terasa jauh lebih baik di sini dan kadar misterinya pun lebih gelap dan misterius.


Selasa, 21 Januari 2014

The Cuckoo's Calling


Judul: The Cuckoo's Calling - Dekut Burung Kukuk
Judul Asli: The Cuckoo's Calling
Seri: Cormoran Strike #1
Pengarang: Robert Galbraith
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)
ISBN: 978-602-03-0062-7
Jumlah Halaman: 520 halaman
Penerbitan Perdana: 2013



Why were you born when the snow was falling?
You should have come to the cuckoo’s calling,
Or when grapes are green in the cluster,
Or, at least, when lithe swallows muster
      For their far off flying
      From summer dying.
Why did you die when the lambs were cropping?
You should have died at the apples’ dropping,
When the grasshopper comes to trouble,
And the wheat-fields are sodden stubble,
    And all winds go sighing
    For sweet things dying.
(Christina Rossetti, A Dirge, 1865)

Cuckoo's calling berarti awal musim semi, saat burung kukuk jantan berkicau memanggil betinanya. Saat penuh pengharapan akan kehidupan baru yang lebih baik, lepas dari musim dingin yang keras. Namun puisi yang berjudul A Dirge yang ditulis di awal novel ini berarti kurang lebih adalah lagu sedih (lament) untuk mengingat seseorang yang meninggal terlalu muda.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget