Judul:
Perebutan Kursi Kosong
Judul Asli: The Casual Vacancy
Pengarang: J. K. Rowling
Penerbit: Qanita - Penerbit Mizan (2012)
ISBN: 9786029225686
Jumlah Halaman: 593 halaman
Penerbitan Perdana: 2012
Literary Awards: Goodreads Choice for Best Fiction (2012)
Lihat sinopsis
Ketika Barry Fairbrother meninggal di usianya yang baru awal empat puluhan, penduduk kota Pagford sangat terkejut.
Dari luar, Pagford terlihat seperti kota kecil yang damai khas Inggris, dengan Alun-alun, jalanan berbatu, dan biara kuno. Tetapi, di balik wajah nan indah itu, tersembunyi perang yang berkecamuk.
Si kaya melawan si miskin, remaja melawan orangtua, istri melawan suami, guru melawan murid... Pagford tak seindah yang dilihat dari luar.
Dan kursi kosong yang ditinggalkan Barry di jajaran Dewan Kota menjadi pemicu perang terdahsyat yang pernah terjadi di kota kecil itu. Siapakah yang akan menang dalam pemilihan anggota dewan yang dikotori oleh nafsu, penipuan, dan pengungkapan rahasia-rahasia tak terduga ini?
Speechless...
Itu kesan pertamaku setetah menamatkan membaca buku ini. Bukan saja endingnya yang tak terduga itu, tapi memang sejak awal, semua hal telah membuatku terus meraba-raba, sebenarnya ke manakah alur cerita ini sebenarnya. Karakter-karakter yang muncul juga semuanya (dan ada banyak karakter di sini) punya peran penting, menyimpan rahasia kecil, serta mengharapkan hal-hal luar biasa. Tak ada karakter utama di sini, semua karakter minor dan mayor, tergantung situasi. Dan semuanya merata, dari yang paling tua, Howard Mollison, para orang dewasa, lalu ada anak-anak muda usia SMU, hingga yang paling muda, Robbie Wheedon - balita mungil bernasib kurang beruntung karena lahir dari seorang ibu junkie. Setting kota kecil Pagfort menjadi panggung sandiwara penuh intrik ala opera sabun yang tidak lucu dan berujung tragis
Kisah dibuka dengan kematian Barry Fairbrother, seorang anggota dewan kota Pagfort secara mendadak. Kota Pagfort pun gempar dan masing-masing orang punya pendapat tentang apa yang akan terjadi kemudian. (
Di halaman-halaman awal ini, harap sabar membaca dan mencerna, karena satu demi satu karakter-karakter kisah bermunculan tanpa adanya jalinan yang kasat mata, sedikit membuat kening berkerut karena banyaknya, tapi percayalah, semuanya penting dan akan berperan dalam cerita.) Lalu dari kekacauan ini, pelan-pelan pembaca mulai disadarkan tentang sesuatu yang sebenarnya menjadi ganjalan dalam benak semua orang. Barry Fairbrother dalam jabatannya sebagai anggota dewan kota, ternyata memegang salah satu kunci keseimbangan pergolakan politik yang terjadi dalam kota itu. Dan sekarang, dengan tidak adanya Barry, apapun bisa terjadi. Jika orang yang tidak tepat menggantikan jabatan Barry, keputusan yang diambil dapat mengarahkan kebijakan kota tersebut ke satu arah, atau arah sebaliknya. Masalahnya, siapa orang yang tepat, dan tepat menurut siapa. Semua orang pun, secara sadar atau tidak, secara langsung atau tidak, mulai pasang ancang-ancang politik. Dari pemilik toko kelontong hingga guru sekolah, dari petugas sosial hingga pegawai konstruksi.
Selain masalah politik, sosok Barry sebagai manusia pun meninggalkan konflik pribadi yang tidak mudah. Istrinya yang dulu sering merasa tersisihkan, kini kehilangan pegangan hidup. Sahabat baiknya ternyata memendam perasaan yang sedikit tidak pantas kepadanya, sementara sahabat yang lain ternyata menaruh hati pada istrinya. Bahkan anak-anak yang dilatihnya dalam tim dayung SMU kini seperti anak ayam kehilangan induk.
Saat intrik politik bergulir semakin panas, (hantu) Barry kembali dan mulai menuliskan rahasia-rahasia kelam para calon pengganti jabatannya di
message board situs web kota. Tuduhan keji (dan benar) yang membuka aib mereka. Kecurigaan makin tak terkendali karena kedua kubu mendapat serangan. Sedangkan pelaku sebenarnya ternyata punya alasan lain sama sekali.
Seperti yang kukatakan di atas, endingnya bikin
shock. Setelah semua gonjang-ganjing politik berkepanjangan, keputusan dewan kota harus diambil. Meskipun keputusan terbaik tapi mungkin bukan keputusan paling benar secara moral yang mereka buat. Korban-korban yang tak diharapkan pun muncul mengakhiri kisah ini.
Kematian Barry Fairbrother secara tak langsung ternyata mampu mengguncang-guncang keamanan semu yang dimiliki tiap orang di Pagford, dan membuat mereka memikirkan ulang jalan hidup masing-masing.
Sebenarnya aku sudah punya buku bantal ini sejak duluuuu (versi ebook-nya malah sudah dapat dari saat terbit), namun aku gagal baca melewati bab-bab awal itu. Kemarin-kemarin itu sedang santer-santernya berita tentang mini seri TCV yang akan tayang di BBC, aku pun berjuang untuk menyelesaikan novel ini sebelum menonton versi dramanya itu. Daaaaann.... akhirnya mampu tamat juga. Bukan saja tamat, tapi malah setelah melewati setengah buku, saat jalinan alurnya sudah solid dan jelas, novel ini malah sangat sulit ditinggalkan. Berlapis-lapis karakter yang membentuk mozaik kota kecil secara utuh. Menurutku, pada akhirnya, hubungan antar manusia di sini (suami-istri, ibu-anak, bapak-anak, antar kekasih, persahabatan, pertemanan, kakak-adik) yang diramu dengan sangat pas-lah yang menjadi tema utamanya, bukan konflik politik yang melatarbelakanginya.
Mini seri TCV
Novel ini kemudian diangkat oleh BBC menjadi sebuah
mini seri 3 episode. Yang aku suka dan bikin betah nonton dari versi televisinya ini adalah penggambaran visual kota Pagfort yang khas Inggris banget! Berbukit-bukit penuh rumput hijau, sungai kecil mengalir jernih, deretan toko di jalan kecil, bangunan-bangunan tua, bus sekolah, dsb, semuanya tertangkap kamera dengan sangat indah.
Konfliknya cukup setia dengan versi novelnya, tapi dengan perubahan drastis di bagian akhir. Jika di novel, akhir yang mengejutkan itu jadi nilai tambah yang bikin pembaca terpikir-pikir terus, versi mini serinya ini tampaknya berusaha menghaluskan kesan yang ditinggalkan. Satu hal yang mungkin bagus, tapi menurutku jadi kurang greng! Kurang satu punch penghabisan yang dramatis. Ending yang itu juga mengecilkan peran Sukhvinder, gadis yang di novelnya, jadi big hero setelah tersia-sia sepanjang cerita.
Beberapa adegan yang di buku hanya dituliskankan tersamar, dalam versi tv-nya disajikan dengan jelas dan sedikit vulgar, seperti rahasia keempat yang dibeberkan hantu Barry tentang keluarga Howard Mollison.
Bicara tentang keluarga Mollison, aku lebih suka penjabaran masalah yang dialami Samantha Mollison versi tv, juga endingnya, di mana Miles-Samantha digambarkan lebih dekat. Meskipun begitu, versi novel juga bagus dengan memperlihatkan Samantha berhasil bangkit dan memiliki ambisi (jadi anggota Dewan Kota) juga. Lebih ironis-humoris kesannya.
Dinamika keluarga Price juga sangat bagus terjalin dalam mini seri ini. Jika di novelnya aku sebaaaal pada Simon setengah mati, di sini aku juga sebal sih, tapi ada juga kesan-kesan baik yang tertampilkan.
Secara keseluruhan, menurutku novel dan drama televisi TCV ini sama-sama mampu menghidupkan kisahkan cerita kota Pagfort yang sedang dilanda kegalauan berjamaah.
Lupakan Harry Potter dan pelajaran sihirnya. Tinggalkan Cormoran Strike dengan
burung kukuk dan
ulat sutranya. Baca novel TCV ini lalu tonton dramanya. Dua-duanya bagussss.
https://www.goodreads.com/review/show/436739134