Judul Asli: Finnikin of the Rock
Seri: Lumatere Chronicles #1
Pengarang: Melina Marchetta
Penerbit: Ufuk Fantasy (2011)
ISBN: 978-602-91-5948-6
Jumlah Halaman: 580 halaman
Penerbitan Perdana: 2008
Literary Awards: Aurealis Award for Young Adult Novel (2008), Australian Book Industry Award for Book of the Year for Older Children (2009), YALSA Best Fiction for Young Adults (Top Ten) (2011), and many more.
Sinopsis:
Finnikin dan pembimbingnya, Sir Topher, sudah sepuluh tahun tidak pulang ke Lumatere yang sekian lama diselimuti kutukan dan pembantaian. Sepupu Raja yang kejam telah menyatakan dirinya sendiri sebagai penguasa baru.
Suatu hari, Finnikin mendapat perintah untuk bertemu dengan Evanjalin, seorang perempuan muda yang menyatakan kalau Pangeran Balthazar, sang pewaris takhta Lumatere, masih hidup. Evanjalin harus pulang ke Lumatere karena dialah satu-satunya orang yang bisa membawa mereka kepada sang pewaris takhta.
Dalam perjalanan mereka menuju Lumatere, Finnikin terpesona oleh semangat dan keangkuhan perempuan itu. Lalu, mampukah mereka membebaskan Pangeran Balthazar dan orang-orang yang terperangkap di dalam kerajaan itu? Dan, mampukah Finnikin melepaskan ayahnya yang telah dijebloskan ke penjara dan mengembalikan kedamaian di negerinya?
Latar belakang cerita ini surut ke belakang 10 tahun sebelumnya. Saat itu negeri Lumatere mengalami pergantian kekuasaan berdarah. Raja dan seluruh keluarganya tewas, meskipun ada desas-desus bahwa Putra Mahkota Balthazar mampu diselamatkan para penghuni hutan. Trevanion, kapten pengawal istana dituduh berkhianat, diasingkan entah kemana, sementara istri beserta anak yang masih dalam kandungannya dihukum mati. Seranonna - seorang tetua hutan - setelah mengalami penyiksaan oleh penguasa baru, dibakar hidup-hidup seperti penyihir. Dalam kemarahan dan nafas terakhirnya, ia mengutuk seluruh kerajaan itu, dan sejak itu Lumatere terpisah dari dunia luar, sementara setengah warganya terusir dan terlunta-lunta di berbagai negeri asing.
Kisah kemudian bergulir diawali dengan pencarian Finnikin putra Trevanion dan walinya Sir Topher kepada seorang wanita bernama Evanjalin. Wanita ini entah bagaimana mengklaim bahwa ia tahu di mana sang pewaris tahta berada, dan juga bahwa sudah saatnya bagi semua warga Lumatere untuk kembali ke tanah asal mereka. Mereka bertiga memulai perjalanan yang serasa mustahil dilakukan. Apalagi sedikit demi sedikit Evanjalin mulai menampakkan jatidirinya yang sesungguhnya.
* * *
Untuk karakternya sendiri, Finnikin ini tipe hero yang kusukai. Dari putra seorang prajurit tangguh kemudian dibesarkan sebagai diplomat oleh seorang negarawan paling dihormati. Cerdas, berkemampuan, sedikit gak sabaran, dan tidak terlalu yakin pada kemampuan dirinya sendiri. Namun saatnya teruji dan menghadapi bahaya, sudah pasti dapat diandalkan. Cocok sekali dengan tokoh Evanjalin yang super nekad, gahar, namun menyimpan banyak rahasia. Meskipun amat sangat manipulatif, aku tidak bisa merasa sebal sikapnya. Semua yang dilakukan ada alasannya, dan memang perlu dilakukan. Dengan pengetahuaannya, dan nasib sebuah negeri dipertaruhkan di ujung pedang Trevanion, diplomasi Sir Topher dan keyakinan Finnikin, keragu-raguan adalah sesuatu yang tak bisa ditanggung Evanjalin sedikit pun. Tokoh-tokoh lainnya juga sangat believeable. Sir Topher Sang Penasihat Raja yang terusir, Sir Trevanion Sang Penjaga yang patah hati dan patah arang, Lord August yang menjadi bangsawan yang terasing di negeri orang, Kepala Pendeta yang pasrah dan menenggelamkan diri menjaga pengungsi yang paling malang, ternyata semuanya masih melindungi apa yang masih mereka bisa dan masih menyimpan harapan yang sama untuk kembali. Dan tentu saja ada Froi, bocah pencuri kecil yang entah bagaimana nasibnya bisa terjalin erat dengan Finnikin dan Evanjalin, saat keduannya mampu memenangkan kesetiaannya, Froi terbukti mampu berbuat sangat banyak. Bahkan dari yang kulihat di sinopsisnya, buku kedua dan ketiga akan berputar di sekitar dunia Froi ini dibandingkan Finnikin dan Evanjalin.
Dari segi penceritaannya sendiri, aku suka bagaimana jalinan sumpah-sumpah yang terberkati dan kutukan, ramalan dan legenda-legenda dapat diinterpretasikan sebagai suatu hal, kemudian belakangan terdapat twist-twist yang memutarbalikkan segalanya *yah... apalah artinya buku fantasy tanpa ramalan... yang ternyata sesat interpretasi - #lirikLordVodemort*. Alur kisahnya cukup terjaga, mengalir tenang dengan letupan-letupan aksi menegangkan. Meski demikian, daya tarik utamanya tetap pada rasa penasaran akan pertanyaan-pertanyaan seputar kutukan Lumatere dan kejadian sepuluh tahun sebelumnya yang dikuak sedikit demi sedikit sepanjang buku. Sampai akhirnya semua terbuka jelas saat Evanjalin dan Finnikin berdiri tepat di depan pintu gerbang negeri yang dikunci dengan tapak tangan berdarah. Klimaks yang ditunggu-tunggu datang dengan kadar yang sangat pas. Setelah itu kisah ditutup dengan ending yang manis, bukan ala happily ever after, tapi versi life goes on, but at least, yes they are happy... for now.
* * *
Versi terjemahan bahasa Indonesia cukup enak dibaca dan bersih typo. Covernya, meskipun model ilustrasinya cukup tampan, tapi kok rasanya tidak menggambarkan deskripsi Finnikin yang berambut panjang gimbal dan berwarna merah terang ya. Ya tapi aku memang kurang suka cover yang pakai model asli seperti itu sih, mendingan ilustrasi atau grafis saja #bedaselera ^^V
Cover versi aslinya ternyata juga gak jauh berbeda, hanya saja lebih unik dengan adanya lingkaran grafis yang melingkari tulisan judulnya.
Sayang sampai sekarang tidak terdengar kabar-kabar kalau sequel-sequel seri ini bakal lanjut diterjemahkan oleh penerbit UF. Bahkan aku juga kurang pasti apakah penerbitnya benar-benar telah hidup kembali atau masih dalam keadaan mati suri sekarang ini.
Tentang Pengarang:
Melina Marchetta mungkin lebih dikenal publik sebagai pengarang novel fiksi YA seperti Looking for Alibrandi, Saving Francesca and On the Jellicoe Road yang banyak meraih penghargaan. Penulis kelahiran Sydney, 25 March 1965 ini ternyata juga sangat berbakat menulis di ranah fantasi. Setelah Finnikin of the Rock (2008), dua sequelnya Froi of the Exiles (2011) dan Quintana of Charyn (2012) juga sangat menarik perhatian pembacanya.
https://www.goodreads.com/review/show/702469943
Tidak ada komentar:
Posting Komentar