Rabu, 16 Januari 2013

The Hunter


Judul: The Hunter (Pemburu)
Judul Asli: 凍える牙 - Kogoeru Kiba
Pengarang: 乃南アサ - Asa Nonami
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2012)
ISBN: 9789792289695
Jumlah Halaman: 536 halaman
Penerbit Perdana: 1996
Literary awards: Naoki Prize (1996)




Sebuah novel yang (menurut saya) memotret kerja polisi secara lebih real, bukan hanya aksi-aksi seru nan heroik dan keberhasilan memecahkan kasusnya namun juga proses-proses penyelidikan yang panjang berhari-hari bahkan berbulan-bulan, kebuntuan-kebuntuan yang membuat frustasi, menguras energi dan kekuatan fisik dan mental dan juga tugas-tugas membosankan seperti melacak tiap-tiap cercah saksi dan bukti, membuat laporan, dimarahin atasan dan disirikin teman sesama detektif polisi. Yang lebih membuat beda, sampai akhir kasus, pasangan detektif Otomichi dan Takizawa yang tidak cocok -meskipun timbul rasa hormat antara keduanya- tetap saja tidak cocok ataupun berteman. Mungkin ini sekedar celah untuk pembaca dapat berharap adanya seri-seri selanjutnya, atau mungkin juga, novel ini memang beda.

Kisah dibuka dengan berapi-api. *sungguhan* Seorang pria yang sedang duduk makan di sebuah restoran keluarga tiba-tiba dilalap api yang muncul entah dari mana. Api kemudian menghanguskan sebagian ruko tempat restoran itu berada. Ketidak laziman kasus ini, ditambah kecurigaan akan adanya arsonist, membuat pihak kepolisian metropolitan Tokyo menyelidikinya secara serius dan bahkan membuat sebuah operasi gabungan antara detektif-detektif penyelidik, unit reaksi cepat plus public relation dan hotline service untuk berhubungan dengan masyarakat luas. Dari hasil otopsi didapatkan bahwa api berasal dari gesper sabuk korban yang terhubung dengan bom kimia. Korban ternyata adalah seorang "penyedia jasa gadis SMU" yang berkantor di lantai 3 ruko tersebut. Di kaki korban juga terdapat luka bekas gigitan anjing besar.

Setelah beberapa lama diselidiki tanpa hasil memadai, kasus ini mendingin dan terancam tidak terpecahkan, jika saja tiba-tiba jatuh korban lain yang terhubungkan dengan kasus ini dalam hal luka gigitan anjing. Korban kedua bukan cuma digigit anjing besar, tapi MATI digigit anjing besar di daerah lehernya. Korban kedua disusul korban ketiga. Karena penyelidikan korban-korban ini tidak membuahkan hasil, penyelidikan kemudian difokuskan pada si pelaku kejahatan, seekor anjing serigala yang sangat terlatih, mengincar target-target tertentu, dan... berukuran sangat besaaaaaar. *teringat Jacob* #eaaa

Dan sebagai karya seorang penulis wanita Jepang, tidak afdol kalau tidak menyinggung sedikit tentang kondisi sosial Takako Otomichi sebagai seorang wanita yang masih terbilang muda, lumayan cantik, telah bercerai, anak pertama dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan, dan menekuni profesi yang didominasi oleh kaum pria. Hal ini kemudian disandingkan dengan keberadaan Takizawa, seorang detektif senior yang sinis dan pemarah, namun ternyata juga menyimpan masalah pribadi yang lumayan ribet. Bekerja sebagai detektif wanita sudah cukup sulit, namun bekerja sebagai detektif wanita yang berpartner dengan tipe klasik alphamale ala Takizawa sungguh hampir mustahil. Dari yang dicuekin sampai diteriakin. Ditambah lagi persoalan-persoalan yang dibawa oleh Tamako, adiknya (yang sekali lagi juga menggambarkan posisi wanita di Jepang). Tapi semuanya ditelan Takako bulat-bulat. Dan dengan berbuat demikian, dia berhasil mendapatkan rasa respek dari orang-orang di sekitarnya. Walaupun terasa sedikit sebagai tempelan belaka, tidak terikat alur dengan penyelidikan utamanya, namun keberadaan masalah di latar belakang mereka berdua ini menjadikan karakter-karakter yang ditampilkan lebih manusiawi dan menjadikan cerita "polisi" dalam novel ini lebih kompleks dan berwarna, dan bukannya sekedar robot-robot penyelidik tanpa emosi.

Untuk ukuran novel Jepang (dibandingkan Out atau Tokyo Zodiac Murders misalnya) alur dan detail-detail yang diusung tidak terlalu keras. Walau ada sedikit berdarah-darah, tapi masih lebih memfokuskan pada penyelidikan kasusnya sendiri. Endingnya sendiri cukup mengejutkan dengan adanya kelokan tak terduga tentang masalah bakar-membakar dan gigit-menggigit. Adegan pengejaran si anjing serigala-nya sendiri, lumayan asyik diikuti. Mengejar anjing serigala pembunuh, menggunakan motor, melintasi kota Tokyo dari ujung ke ujung, di pagi buta, pake acara menutup jalan tol segala. Kereeenn! :p

Penyelesaian kasusnya juga terasa sangat khas kisah oriental. Lugas dan tidak bertele-tele, dan tanpa pemaksaan happy ending ala hollywood. Misi balas dendam seorang ayah yang tertunda sekian tahun lamanya, ternyata tetap tidak mampu dituntaskan, malahan menyisakan kesedihan dan kesia-siaan. Loyalitas seekor anjing, diselesaikan dengan gaya harakiri yang mengibakan. Para pelaku kejahatan dibawa ke hadapan hukum. Tim penyelidik gabungan kepolisian dibubarkan dan langsung menangani kasus-kasus lain, bahkan tanpa para pemainnya sempat mengucapkan kata perpisahan.... Yeah, life goes on.
(eh ini buku bakal ada sequelnya ga ya??)

Catatan tambahan:
1) Novel ini memenangkan Naoki Prize tahun 1996. Naoki Prize sendiri merupakan penghargaan bergengsi di lingkungan penulis Jepang yang diberikan untuk "the best work of popular literature in any format by a new, rising, or (reasonably young) established author". Senang sekali akhir-akhir ini GPU memutuskan untuk lebih sering menerjemahkan novel-novel Jepun seperti ini.

2) Ternyata setelah bukunya diterbitkan, kisah ini telah 3 kali difilmkan, dua kali oleh TV Jepang (Asahi dan NHK) dan sekali oleh Studio Film Korea. Jadi pengin nonton nih.
- Onna Keiji Otomichi Takako ~ Kogoeru Kiba (TV Asahi - 2010)
- Kogoeru Kiba (TV NHK - 2001)
- The Howling/Killer Wolf (Opus Pictures Korea - 2012)

3) Ebaru tahu, kalo Hayate tuh artinya Topan (padahal ngikutin manga Hayate, Combat Butler sejak kapan taun gitu lo).... *haddeeh*





http://www.goodreads.com/review/show/498603494

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget