Kamis, 27 Maret 2014

Daughter of Fortune


Judul: Daughter of Fortune - Putri Keberuntungan
Judul Asli: Daughter of Fortune
Pengarang: Isabel Allende
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2009)
ISBN: 978-979-22-5235-4
Jumlah Halaman: 550 halaman
Penerbitan Perdana: 1999




Eliza Sommers, gadis lugu baik-baik yang seumur hidupnya tidak pernah mengecap kesulitan - kecuali kesulitan menahan kebosanan menghadapi kehidupannya yang penuh pesta, permainan piano, lagu dan kesenangan bersama bibinya yang keras namun kenes, Rose Sommers - tiba-tiba jatuh cinta. Cinta pertama. Lebih lagi, cinta pada pandangan pertama. Puppy love yang kemudian membelokkan jalan hidupnya secara drastis, membuatnya menjadi petualang tangguh di tanah baru. Belajar tentang kehidupan di tempat kehidupan sedang ditata ulang dengan emas sebagai trofi utamanya serta keberanian dan keberuntungan menjadi syarat tak terelakkan. Di tanah ini Eliza kehilangan kenaifan masa mudanya, namun mendapatkan sesuatu yang lebih daripada gairah cinta pertamanya.



Awalnya saat membaca buku ini aku mengharapkan sebuah karya yang mengedepankan kekuatan feminisme berbalut romansa cinta segitiga yang mendayu-dayu. Namun ternyata bukan itu yang kudapatkan, lebih, jauh lebih banyak. Yup, memang benar ada banyak sekali women power di cerita ini. Ada Eliza si tokoh utama, ada Rose yang biarpun banyak selubung misterinya, ternyata punya kenangan masa lalu yang sedikit kelam dan profesi masa kini yang sangat menarik, ada Paulina del Valle - wanita cerdas dengan insting bisnis nomer satu, ada pula Joe Bonecrusher, madam mucikari badass yang ternyata berhati emas. Bahkan Lin dengan kaki teratainya pun digambarkan dengan kepribadian yang sangat kuat. Tapi selain itu, novel ini juga menggambarkan situasi demam emas California dari sudut pandang yang unik dan sedikit bumbu budaya Cina di latar belakang. Penuh dengan sentilan-sentilan topik kemanusiaan dan kemunafikkan, dan ditutup dengan semangat anti rasisme yang dilambangkan oleh California ideal sebagai melting pot kebudayaan dan negeri tempat semua orang mendapatkan kesempatan kedua.

Sayangnya, setelah menikmati alur kehidupan Eliza (dan Tao) secara detail dan mengalir perlahan, dua bab terakhir kok rasanya berlalu terlalu cepat. Segalanya dipaksakan untuk segera berakhir. Selesai. Tamat. Aku merasa masih banyak benang-benang cerita yang masih tidak tersimpul dengan tuntas. Setelah 550-an halaman novel dituturkan dengan gaya narasi POV orang ketiga yang memiliki omniscient perspective, kemudian... pembaca diharapkan menyimpulkan sendiri apa yang terjadi saat Eliza memutuskan untuk menyambung kembali hubungan keluarganya dan Rose dan James menyusul ke California. Aaahhh....#kepoberat #wuatb :)

Ini buku kedua dari Tripartite series-nya Allende yang kubaca setelah The House of Spirits. Buku ketiganya, Potrait in Sephia, sudah ada di timbunan, tapi masih menunggu giliran. Kapan yaaaa.....


* * *


Edisi bahasa Indonesianya ini diterjemahkan dengan sangat baik (aku tidak tahu, ini diterjemahkan langsung dari bahasa Spanyol seperti THoS atau dari bahasa Inggris). Kalimatnya mengalir lancar dan tidak membosankan, meski bahasa Indonesianya tidak sekaya THoS. Typo tidak ketemu. TOPBGT dah.









Posting ini dipublikasikan dalam rangka mengikuti event Baca dan Posting Bareng BBI
Bulan: Maret 2014 - Tema buku: Oprah's Book Club

2 komentar:

  1. Waktu itu di Pandora lihat buku ini diskon 50% tp ga beli, sekarang tokonya sdh tutup utk selama-lamanya wkwkwk #salahfokus

    BalasHapus
  2. ahhh...selalu sebel sama buku2 gantung yang awalnya menarik tapi endingnya buru2... hiks.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget