Rabu, 28 Mei 2014

Murjangkung: Cinta yang Dungu dan Hantu-hantu


Judul: Murjangkung: Cinta yang Dungu dan Hantu-hantu
Pengarang: A.S. Laksana
Penerbit: Gagasmedia (2013)
ISBN:  978-979-78-0644-6
Jumlah Halaman: 214 halaman
Penerbitan Perdana: 2013
Literary Awards: Khatulistiwa Literary Award Nominee for Prosa - shortlist (2013)



Mereka datang 243 tahun sebelum negeri mereka menemukan kakus. Mula-mula mereka singgah untuk mengisi air minum dan membeli arak dari kampung Pecinan di tepi barat sungai; lima tahun kemudian mereka kembali merapatkan kapal mereka ke pantai dan menetap di sana seterusnya. Tuan Murjangkung, raksasa berkulit bayi yang memimpin pendaratan, membeli dari Sang Pangeran tanah enam ribu meter persegi di tepi timur sungai. Di sana ia mendirikan rumah gedong dan memagar tanahnya dengan dinding putih tebal dan menghiasi dinding pagarnya dengan pucuk-pucuk meriam. (hal. 2-3)

Buku ini berisi kumpulan dongeng, duapuluh kisah tepatnya, yang fiktif sekaligus real, absurd tapi nyata. Di dalamnya termaktub selisan selera humor yang sedikit kekanakan, tapi juga kritik sosial politik yang kudu dipahami secara dewasa. Banyak sekali kiasan-kiasan metaforis dalam kisah yang kadang harus dipikirkan untuk dimengerti, seperti juga penggunaan permainan logika yang menjungkir balikkan kewarasan. Cerita dikisahkan dengan gamblang, tapi menyamarkan tokoh-tokohnya dan menutupi maksud penceritaannya, sehingga beberapa saat setelah selesai, baru pembaca memahami maksud yang sebenarnya tersampaikan.  


Ada beberapa cerpen yang sangat kusukai, ini beberapa di antaranya:

Bagaimana Murjangkung Mendirikan Kota dan Mati Sakit Perut
Cerpen ini, yang nama tokohnya diambil menjadi judul buku, menurutku cerpen paling asyik di kumcer ini. Ceritanya seputar raksasa berkulit bayi yang datang ke membeli tanah di rawa-rawa yang kemudian pelan-pelan berkembang jadi kota. Si raksasa ini, tentu saja si Murjangkung. Aku sendiri baru tahu julukan Murjangkung ini dari sebuah komik jadul yang baru kubaca beberapa bulan lalu, ah jadi itu maksudnya orang itu to. Berarti kota itu maksudnya adalah kota itu, dan tugu dengan nyala api emas adalah ituuuu.....
Unik sekali.

Otobiografi Gloria
Tentang sepasang suami-istri beranak tiga yang rindu memiliki cucu. Tapi ketika sang cucu akhirnya hadir, ternyata keaadaannya tidak sepenuhnya seperti yang diinginkan. Lalu siapa Gloria dan apa hubungannya dengan cerita ini? Setelah asyik menduga-duga dan menebak-nebak, dua kalimat terakhir di cerpen ini memutar-balikkan semuanya.
Aku suka cerpen ini bukan hanya karena kisahnya, tapi juga karena POV yang dipakai pengarang adalah POV orang kedua, jadi pembaca seperti ditarik ke dunia Gloria ini dan mendengarkan kisah langsung dari mulutnya.

Bagaimana Kami Selamat dari Kompeni dan Sebagainya
dan
Tuhan, Pawang Hujan dan Pertarungan yang Remis
Ah sulit menjabarkan kedua dongeng ini.... pokoknya kisahnya seajaib judulnya! ^^

Seorang Lelaki Telungkup di Kuburan
Sebuah kisah yang berlatar tragedi tsunami Aceh, tapi sangat absurd, dan hingga akhir, aku masih bertanya-tanya, mana yang nyata, mana yang tidak.


Selain kelima cerpen tersebut, cerpen-cerpen lain menyajikan berbagai kisah dengan berbagai latar yang tidak biasa. Satu hal yang juga khas adalah, jika SGA punya Sukab, maka A.S Laksana punya Seto. Seorang tokoh yang muncul lagi dan lagi dan lagi di banyak cerpen-cerpennya. Apakah mereka semua Seto yang sama, atau itu adalah Seto-Seto berbeda yang kebetulan bernama sama, wallahua’lam. Isinya sendiri banyak sekali mengangkat tema dan kritik sosial, juga politik. Oh iya, satu lagi yang membuatku tertarik hingga akhir adalah banyak cerpen-cerpennya ini yang mengambil setting lokasi di kotaku, Semarang tercinta. #halaaaah #kebanggaansemu Yaaah... kan gak sering-sering baca cerpen uapik yang settingnya kita kenal betul. Jadi lebih masuk ke hati gitu lo.... #halaaaaahmeneeehhh...... =))

Kesimpulannya, kumcer yang unik dan bagus, hanya saja harusnya dibaca pelan-pelan, satu-persatu sebagai cerpen tersendiri, dengan jeda waktu di antaranya. Bukan terus-menerus berturut-turut seperti gaya bacaku kemarin ini. Karena dibaca terus menerus, akhirnya beberapa cerpen terakhir aku jadi sedikit jenuh, tidak lagi mengalami ketertarikan seperti 4-5 cerpen pertamanya.

Ini masalah selera sih, tapi entah kenapa, dibanding membaca karya fiksinya, aku lebih suka membaca tulisan-tulisan beliau di kolom koran atau di blog-nya ini. Kurasa lebih menarik dan aktual.


* * *

Terbitan penerbit Gagasmedia ini sangat rapi dan tanpa typo. Ukurannya sedikit lebih pendek daripada ukuran paperback yang biasa. Covernya, seunik isinya. Ilustrasi Kapal Murjangkung yang dibalik letaknya di sudut kiri atas dan cetak timbul ombak (atau awan?) di sepanjang sisi bawahnya. Suka sekali. Bersih, sederhana tapi pas, salah satu desain cover favoritku.

Buku ini pernah kumasukkan dalam daftar Wishful Wednesday-ku di awal tahun ini. Beruntung tak lama kemudian sudah terkabul dan dapat kureview di sini. Seep!









Posting ini dipublikasikan dalam rangka mengikuti event
Baca dan Posting Bareng BBI
Bulan: Mei 2014 - Tema buku: Khatulistiwa Literary Awards 2013



4 komentar:

  1. Aku sering kebalik balik buka bukunya, yg harusnya dari depan jadi kewalik #ganyambungsamareviewnya :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. ho oh... unik yaa.... bahkan di tokbuk G itu pernah lihat naruhnya kebalik semua :D

      Hapus
  2. iya aku suka sama covernya, unik tapi simpel... penasaran juga baca buku ini gara2 banyak yang ngereview :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. kumcer mbak... jadi asyik2 aja bacanya....

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget