Judul Asli: The Golem and The Jinni
Pengarang: Helene Wecker
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama (2015)
ISBN: 978-602-03-1425-9
Jumlah Halaman: 664 halaman
Penerbitan Perdana: 2013
Literary awards: Nebula Award (Nominee Best Novel 2013), Goodreads Choice (Nominee for Debut Author, Best Fantasy 2013), World Fantasy Award (Nominee Best Novel 2014), Mythopoeic Fantasy Award (Adult Literature 2014), and many more.
Sinopsis
Chava: golem, terbuat dari tanah liat, dihidupkan oleh rabi yang terlibat ilmu sihir hitam. Ketika majikan Chava, sang suami yang memesan pembuatan dirinya, tewas dalam perjalanan laut dari Polandia, sang golem pun bagai layang-layang putus ketika tiba di New York pada tahun 1899.
Ahmad: jin, terbuat dari api, lahir di padang pasir Suriah. Ia dijebak penyihir Beduin sehingga terkurung dalam guci tembaga berabad-abad lamanya,sampai tak sengaja dibebaskan di Lower Manhattan. Meskipun tidak lagi terpenjara, Ahmad tak sepenuhnya bebas––gelang besi mengikatnya ke dunia fisik.
Kedua makhluk ini, dengan kisah masing-masing yang tak terlupakan, membentuk jalinan persahabatan––sampai pada suatu malam, insiden mengerikan membuat mereka terpaksa kembali ke dunia masing-masing. Namun, ancaman dahsyat akan menyatukan Chava dan Ahmad kembali, menantang keberadaan mereka dan memaksa mereka untuk mengambil keputusan luar biasa.
Akhirnya.... tamat juga baca buku bantal ini. Bagus, aneh, unik, plus suka sekali potret kehidupan para pendatang berbagai bangsa di kota New York jadul ini.
Meskipun besar dan tebal *saingan sama Inheritance... capek aku pegangnya waktu baca*, tapi alur ceritanya page-turner sekali. Sampai susaaah berhenti. Kisah si Golem dan si Jin, dan pencipta dan tuan mereka, jalin-menjalin dengan rapi, awalnya tampak berjalan sendiri-sendiri dengan frame waktu yang berbeda-beda, lalu di satu titik... wah ternyata mereka semua terhubung pada kegilaan seorang penyihir seribu tahun yang lalu di padang pasir Suriah. KEREEENN.
Baik Chava maupun Ahmad punya karakterisasi yang sangat kuat. Ada hal-hal baik pada Chava, tapi ia juga sedikiiit menjengkelkan karena dengan mudah memutuskan untuk hidup aman tentram damai (wajar duuunk ihhh). Sedangkan Ahmad yang amat merindukan kebebasannya, bisa dikatakan menghalalkan segala cara untuk bisa merdeka, tapi pada akhirnya tetap saja melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Meskipun ada dari dua entitas kebudayaan yang sangat berbeda, keduanya, sama-sama kesepian, jauh dari tempat asal mereka, jauh dari rumah mereka. Aku suuuka sekali saat alur cerita maju-mundur, flash back ke negeri asal Ahmad di gurun pasir. Sang pengarang benar-benar berhasil menghidupkan setting padang pasir Suriah dan kota New York dengan sangat indah dan pas.
Twist akhir dan klimaksnya sempat bikin aku sesak napas dan gak bisa berhenti membaca. Tapi kemudian endingnya terasa manis dan segar seperti angin laut yang bertiup sehabis badai. Memuaskan!
Untuk sampulnya, aku lebih suka cover edisi aslinya, baik ilustrasi maupun bentuknya. Ilustrasi yang jauh lebih sederhana, berkesan klasik dan tua ini menampilkan gambar monumen Washington Square Arch di New York yang punya arti penting bagi Ahmad dan Chava dalam cerita ini.
Sedangkan sampul edisi terjemahan di atas, gambarnya (IMHO lo yaa) norak dan sok hororis #eh #kataapaitu
Ditambah lagi pakai sampul yang ada ilustrasinya itu dari kertas tipis, sedangkan sampul aslinya adalah yang dilubangi berbentuk kepala wanita itu. Jadi bayangin aja baca buku bantal setebal ENAM RATUS ENAM PULUH EMPAT halaman dengan sampul yang "gak bakoh" model gitu...
Ada-ada saja inih produsernya... *lho kok produser sih, penerbit!*
https://www.goodreads.com/review/show/683597392
Tidak ada komentar:
Posting Komentar