Sabtu, 30 April 2016

We Have Always Lived in the Castle


Title: We Have Always Lived in the Castle
Author: Shirley Jackson
Publisher: Penguin Classics Deluxe (2006)
ISBN: 9780143039976
Number pf pages: 160 pages
First Published: 1962




Lihat sinopsis
Merricat Blackwood lives on the family estate with her sister Constance and her Uncle Julian. Not long ago there were seven Blackwoods—until a fatal dose of arsenic found its way into the sugar bowl one terrible night. Acquitted of the murders, Constance has returned home, where Merricat protects her from the curiosity and hostility of the villagers. Their days pass in happy isolation until cousin Charles appears. Only Merricat can see the danger, and she must act swiftly to keep Constance from his grasp.


Sebenarnya aku belum pernah mendengar nama Shirley Jackson sebelumnya, namun suatu malam, setelah cerita-cerita kismis (kisah misteri) di grup WA Joglosemar, obrolan berlanjut dengan rekomendasi pengarang yang satu ini. Cerpen-cerpennya seperti The Summer People dan The Lottery katanya punya ending yang menakutkan dan jleb banget, meskipun bukan kisah horor. Dengan kadar kekepoan tinggi, aku memilih membaca novella-nya.


“My name is Mary Katherine Blackwood. I am eighteen years old, and I live with my sister Constance. I have often thought that with any luck at all, I could have been born a werewolf, because the two middle fingers on both my hands are the same length, but I have had to be content with what I had. I dislike washing myself, and dogs, and noise. I like my sister Constance, and Richard Plantagenet, and Amanita phalloides, the death-cup mushroom. Everyone else in our family is dead.”

We always lived in the castle. Blackwood Castle that is.

Keluarga Blackwood adalah keluarga tuan tanah terpandang di daerah pedesaan. Tanah mereka yang demikian luasnya hingga mereka tampak seperti hidup di atas singgasana bagi orang-orang desa kebanyakan. Namun suatu hari 4 orang keluarga ini mati keracunan arsenik yang ditaruh di botol gula. Tragedi ini hanya menyisakan Mary Katherine - Merricat (yang sedang dihukum tak mendapat makan malam), Constance (yang tidak doyan manis) dan Paman Julian tua yang terselamatkan, meskipun lalu jadi pikun dan difable. Misteri masih terus melingkupi kejadian tersebut, dan meskipun Constance yang awalnya jadi tertuduh utama kasus ini sudah dibebaskan dari segala tuduhan, tudingan orang-orang desa yang memang sedari awal tidak akrab dengan keluarga Blackwood masih tetap tertinggal.

Merricat, said Connie, would you like a cup of tea?
Oh, no, said Merricat, you’ll poison me.
Merricat, said Connie, would you like to go to sleep?
Down in the boneyard ten feet deep!

Kisah ini kemudian berlanjut dengan tenang, nyaris statis. Merricat dengan petunjuk-petunjuk sihirnya. Connie, sekarang menderita agorafobia parah, setia memasak, membersihkan rumah dan mengurusi Paman Julian. Dan Paman Julian yang sedang menyelesaikan manuskrip kisah malam naas keluarga mereka.

Sedikit sekali perubahan yang terjadi dalam rumah tangga Blackwood ini selama 7 tahun. Sampai suatu hari Sepupu Charles datang dan mengaduk-aduk lumpur yang telah mengendap. Ia terang-terangan ingin mengangkangi kekayaan keluarga Blackwood yang tertinggal. Karena sulit untuk menguasai Merricat yang liar dan Paman Julian yang pikun, Connie menjadi sasaran mulut manis beracunnya. Tapi tampaknya ia salah memilih lawan. Karena Merricat menyimpan pikiran berbahayanya sendiri dan Paman Julian masih menyisakan bisa dalam setiap ucapan-ucapannya.




Membaca cerita ini ada rasa sunyi, kesepian dan dingin yang pelan-pelan terbentuk dan mengikuti pikiran kita. Rasa hampa seperti Castle Blackwood yang kosong dan kehilangan setengah penghuninya. Bukan rasa takut yang menghentak seperti dalam film-film horor, tapi lebih ke rasa tak nyaman yang menyesakkan dan membuat sulit bernafas.

Tentang siapa yang sebenarnya aktor yang sengaja menaburkan arsenik ke dalam botol gula, rasanya bukan hal yang dirahasiakan. Bahkan sejak paragraf pertama kisah ini, pengarang sudah terus terang menyerahkan sang pembunuh ke tangan pembaca. Aku rasa bukan itu sesungguhnya yang menjadi fokus ceritanya, melainkan efek-efek kejadian itu terhadap ketiga Blackwood yang tersisa dan terhadap hubungan mereka dengan dunia luar (warga desa). Sikap bermusuhan dari warga desa dan sikap menjaga jarak dari Merricat sama-sama destruktif. Keluarga Blackwood yang tinggal di castle adalah (out)cast. Namun keadaan ini berada dalam titik kesetimbangan semu yang berjalan mulus bertahun-tahun. Sebuah pengaturan yang hanya ditembus Merricat setiap hari Selasa dan Jumat, saat ia berkenan meninggalkan castlenya demi berbelanja di toko kelontong desa dan meminjam buku di perpustakaan. Dua kali seminggu, cadar halus pemisah disibakkan sejenak, lalu diturunkan kembali. Selasa dan Jumat. Toko kelontong dan perpustakaan. Itu saja.

Lalu sebuah kekuatan di luar mereka menghancurkan kesetimbangan ini. Sepupu Charles. Gila harta dan terdesak keadaan. Tanpa sengaja ia kembali mendatangkan hantu-hantu keluarga Blackwood dan melepaskan kendali sang malaikat maut.

Dikisahkan sepenuhnya dari sudut pandang Merricat, pembaca dapat dengan mudah menyelami isi kepalanya. Semua kengerian-kengerian bersaput kesan innocence kekanak-kanakan tidak dapat terelakan. Merricat menyukai dunia kecilnya. Dunia kecil yang tenang, statis dan terkendali. Apa yang terjadi saat itu semua terpapar dan terguncang? Merricat membawa dunia kecilnya semakin dalam terkunci, menyisakan rasa bersalah pahit kepada semua yang pernah mengusiknya.

“Oh Constance, we are so happy.”

Dan aku bergidik lagi.


* * *


Tentang Pengarang:


Shirley Hardie Jackson (14 Des 1916 – 8 Ags 1965) adalah pengarang Amerika yang paling dikenal dari karya cerita pendeknya The Lottery (1948) yang sangat sinis dan mengagetkan, serta novelnya The Haunting of Hill House (1959) yang sering disebut sebagai "one of the best ghost stories ever writte."

Shirley Jackson memulai karier penulisan melalui keterlibatannya dengan majalah sastra kampus Syracuse University. Di sini pula ia bertemu dengan suaminya, Stanley Edgar Hyman - seorang kritikus sastra terkenal.

Novel-novelnya antara lain The Road Through the Wall (1948), Hangsaman (1951), The Bird's Nest (1954), The Sundial (1958), The Haunting of Hill House (1959) dan We Have Always Lived in the Castle (1962), Jackson juga menulis novel anak-anak berjudul, Nine Magic Wishes yang lalu diilustrasikan oleh seorang cucunya.

Tahun 1965, Jackson meninggal karena serangan jantung saat masih berusia 48 tahun. Semasa hidupnya ia menderita berbagai penyakit psychosomatic, kegemukan dan seorang perokok berat. Meskipun singkat, Jackson dikenang sebagai penulis yang produktif dan mengilhami banyak penulis sesudahnya termasuk  Neil Gaiman, Stephen King, Nigel Kneale, and Richard Matheson.

Source: Wikipedia dan situs web Shirley Jackson.



Notes:



Cover novel ini diilustrasikan oleh Thomas Ott, salah satu ilustrator dan penulis wordless novel kesukaanku. Gayanya yang black and white dan bernuansa gothic sangat pas menggambarkan dua bersaudara Merricat dan Connie di bawah tatapan menghujat penduduk desa.

Karya-karya pribadi Thomas Ott, antara lain, The Number 73304-23-4153-6-96-8, Dead End dan Greetings from Hellvile, dan tentu saja silent novel favoritku, Cinema Panopticum.




https://www.goodreads.com/review/show/1620270217

2 komentar:

  1. wuih.... sudah dibacaaa.... *jempol

    Ah, baca juga aaahhhh.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudaaaaah dunk.... tinggal Hill House yang belum. masih ngeri abis setelah baca Summer People. :)

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget