Judul: Anak Rembulan: Negeri Misteri di Balik Pohon Kenari
Pengarang: Djokolelono
Penerbit: Penerbit Mizan Fantasi (2011)
ISBN: 978-979-43-3637-3
Jumlah Halaman: 350 halaman
Penerbitan Perdana: 2011
Nama Djokolelono itu membawa ingatanku pada masa-masa dahulu kala, saat baca novel-novelnya Enid Blyton seri Malory Towers dan Si Badung. Di seri-seri itu nama Djokolelono tertulis sebagai penerjemahnya. Baru sekarang-sekarang ini saja tahu kalau beliau ini adalah salah satu penggagas fiksi fantasi dalam negeri. Jadi saat membaca postingan Mas Tezar saat posbar beberapa bulan yang lalu di sini dan terlebih lagi setelah membaca review Rahib di sini jadi penasaran dan ingin ikut merasakan keasyikan FFDN ini.
Kisah Anak Rembulan ini berjalan seperti petualangan Alice in Wonderland (apalagi ada salah satu tokohnya yang dijuluki Ratu Merah!). Si tokoh utama, Nono, terperosok dalam sebuah negeri ajaib, dan di sana ia bertemu karakter-karakter yang berbau fantasi campur supranatural serta mengalami satu demi satu petualangan-petualangan aneh. Dari ditangkap tentara Belanda dan hampir dihukum gantung, hingga dijadikan pembantu di warung milik seorang wanita misterius. Dari yang hampir dijadikan santapan buaya, sampai menjadi otak dalam memadamkan pemberontakan dua orang mahapatih. Dari yang bertemu titisan Pandawa Lima hingga menyaksikan adu kesaktian para jadi-jadian Lembu, Sapi dan Macan.
Aku suka sekali dengan muatan fantasi lokalnya, tapi dalam eksekusinya, terasa kurang memuaskan dan masih banyak hal yang terasa dipaksakan. Mungkin karena ceritanya meluncur begitu saja, maka konflik-konflik yang terjadi juga tidak terlalu terasa benang merahnya. Satu-satunya yang menjadi hubungan antara satu kisah petualangan dengan petualangan berikutnya adalah kaos merah Man Utd yang dipakai Nono... sampai-sampai ada adegan dimana kaos ini tiba-tiba muncul lagi (maksa!) setelah Nono didandani dan menyamar sebagai si ratu Merah. Ampuh sekali!
Hal yang juga terasa sangat janggal, adalah saat setelah Nono sadar dan setting kisah kembali ke masa kini yang normal. Hal pertama, nekad juga mengajak seorang anak yang baru saja ditemukan hampir kelelep (tenggelam) di kali plus divonis sakit malaria, untuk jalan-jalan santai ke pasar, meskipun tahu dalam 2-3 jam ke depan, ia pasti kumat demam malarianya. Duh! Yang kedua, usaha penculikan Saarce karena disangka putri dari Duta Besar Belanda. Enngg.... anak pejabat luar negeri jalan-jalan di pasar, tanpa protokol dan penjaga?? Trus yang mau nyulik juga tahu gitu, kalau si gadis itu mau lewat di pasar situ?? Double duh! Gak masuk akal pisaaaan....
Kisah Anak Rembulan ini berjalan seperti petualangan Alice in Wonderland (apalagi ada salah satu tokohnya yang dijuluki Ratu Merah!). Si tokoh utama, Nono, terperosok dalam sebuah negeri ajaib, dan di sana ia bertemu karakter-karakter yang berbau fantasi campur supranatural serta mengalami satu demi satu petualangan-petualangan aneh. Dari ditangkap tentara Belanda dan hampir dihukum gantung, hingga dijadikan pembantu di warung milik seorang wanita misterius. Dari yang hampir dijadikan santapan buaya, sampai menjadi otak dalam memadamkan pemberontakan dua orang mahapatih. Dari yang bertemu titisan Pandawa Lima hingga menyaksikan adu kesaktian para jadi-jadian Lembu, Sapi dan Macan.
Aku suka sekali dengan muatan fantasi lokalnya, tapi dalam eksekusinya, terasa kurang memuaskan dan masih banyak hal yang terasa dipaksakan. Mungkin karena ceritanya meluncur begitu saja, maka konflik-konflik yang terjadi juga tidak terlalu terasa benang merahnya. Satu-satunya yang menjadi hubungan antara satu kisah petualangan dengan petualangan berikutnya adalah kaos merah Man Utd yang dipakai Nono... sampai-sampai ada adegan dimana kaos ini tiba-tiba muncul lagi (maksa!) setelah Nono didandani dan menyamar sebagai si ratu Merah. Ampuh sekali!
Salah satu ilustrasi dalam novel Anak Rembulan |
Lalu hal lain yang juga mengganggu, covernya nggak banget deh. Mendingan salah satu ilustrasi keren di dalam buku dijadikan gambar sampul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar