Judul: The Litigators: Pengacara Sidang
Judul Asli: The Litigators
Pengarang: John Grisham
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)
ISBN: 978-979-22-9758-4
Jumlah Halaman: 592 halaman
Penerbitan Perdana: 2011
Dari sinopsis:
Setelah David Zinc meninggalkan karier hukum yang singkat di biro hukum bergengsi dan bermabuk-mabukan, hidupnya jadi berantakan, ia menjadi pengangguran, dan akhirnya nekat bekerja pada Finley & Figg, biro hukum butik––biro hukum kecil yang mengaku mahir dalam menangani kasus tertentu.
Sebenarnya, Oscar Finley dan Wally Figg hanyalah dua pengejar ambulans yang selalu cekcok seperti sepasang suami-istri lanjut usia. Namun sekarang biro itu siap menangani sebuah kasus yang bisa membuat para partner itu kaya––tanpa mengharuskan mereka benar-benar menguasai persidangan.
Gugatan class action diajukan terhadap Varrick Labs, perusahaan obat raksasa dengan penjualan tahunan US$25 miliar dengan tuduhan bahwa obat produk mereka yang paling populer bernama Krayoxx mengakibatkan serangan jantung. Wally mengendus uang. Yang harus dilakukan Finley & Figg hanyalah mencari beberapa pengguna Krayoxx untuk bergabung dalam gugatan itu.
Tampaknya hampir terlalu indah untuk jadi kenyataan... dan memang begitulah.
Setelah agak lama tidak membaca the real legal thriller dari maestro genre ini, membaca The Litigators ini membawa banyak ingatan akan novel-novel 'bantal' Grisham yang lain. Sedikit banyak mengingatkan dan juga membuatku memperbandingkan, baik dari segi cerita maupun dari penceritaannya.
Dari penceritaannya... sedikit mengecewakan (#whaats?!) karena minimnya drama ruang sidang yang diliput dalam buku ini. Satu-satunya adegan 'mendebarkan' di ranah ini adalah saat David Zinc menghajar CEO Varrick Labs pada pemeriksaan silang. Selain itu, semua bunga-bunga masalah hukum hanya terasa di latar depan saja. Tidak seperti, misalnya saja A Time to Kill - yang membuatku jatuh cinta setengah mati pada genre ini (dan John Grisham) - atau Runaway Jury, atau The Rainmaker, di mana drama ruang sidangnya kental sekali. Hal lain, novel ini juga banyak rasa humornya lho (hey, I don't say that it was a bad idea ^^ ). Dan yang paling membedakan dari novel-novel JG yang lainnya, kisah ini diakhiri dengan nada bahagia seorang pengacara sukses. Bukan hanya sukses sekarang, tapi juga ke depannya. Seingatku, dari semua novel JG yang pernah kubaca, ini tidak pernah terjadi. Biasanya Grisham lebih suka ending yang lebih bertipe 'yeah... life goes on'. Luuuv the happy ending!
Untuk segi ceritanya, well... ada beberapa hal yang sangat Grisham cliche. Pengacara yang muak terhadap biro hukum besar tempat kerjanya - sudah pernah, sering malah. Ambulance chaser street lawyers - sudah pernah, jadi judul novelnya malah. Tema gugatan class action rakyat jelata terhadap perusahaan farmasi besar tentang sebuah obat atau limbah - sudah pernah juga, beberapa kali. Anak kecil yang menjadi korban keracunan sesuatu - jadi ingat The Rainmaker dan novel yang sedang kubaca sekarang The Appeal. Jaaadiii... apa yang baru? Tidak ada.
Hanya saja, Grisham mampu menulisnya dengan sangat memikat, page turner, membuat pembacanya seperti menanti-nanti apakah sebuah kasus yang bak menara yang menunggu runtuh akhirnya bakal runtuh juga, atau keajaiban apa yang akan menyelamatkannya. Kejutannya... sama sekali tidak ada kejutan. ;)
All and all, tiga bintang untuk ceritanya, plus tambahan setengah lagi untuk happy ending-nya. Untuk novel JG favoritku masih tetap The Chamber dan Runaway Jury, tapi The Litigators ini, bolehlah jadi juara tiganya, justru karena terasa sangat Grisham dan juga karena ending-nya.
* * *
Untuk edisi terjemahan bahasa Indonesianya ini, sayangnya mengecewakan. Ok, aku mulai dari kalimat pertama blurb yang ada di sampul belakangnya,
Setelah David Zinc meninggalkan karier hukum yang singkat di biro hukum bergengsi...Saat membaca 2-3 bab awal buku, aku menyadari bahwa David Zinc ternyata sudah berkarier lebih dari 5 tahun di biro hukumnya -bukan waktu yang singkat (Mitch McDeere baru bekerja beberapa bulan saat didekati FBI, nah itu karier hukum yang singkat!) - sudah jadi Associate Senior, bahkan mengharapkan jadi Patners dalam beberapa tahun (beberapa tahuuuun yaaang laaaamaaa) ke depan. Sedikit aneh... sampai aku membaca blurb aslinya.
David Zinc, a young but already burned-out attorney, walks away from his fast-track career at a fancy downtown firm,...Oh oh, fast-track career diartikan jadi 'karier hukum yang singkat'. Noted! -_-
Mungkin blurb tidak bisa dilihat sebagai standar kualitasnya. Nah tapi bukan itu intinya. Karena aku belum membaca edisi aslinya, jadi aku tidak tahu pasti seberapa jauh lost in translation yang terjadi, tapi beberapa kalimat panjang dan istilah-istilah hukumnya memang diterjemahkan jadi sedikit janggal dan kaku. Yang paling tidak kusukai adalah bahwa beberapa kali "US Senate" ikut ditranslasikan jadi DPR Amerika Serikat. Eeengg... sekali lagi menurutku ini aneh. Meskipun fungsinya mungkin serupa, Senate dan DPR kan benar-benar makhluk yang berbeda. Aku tidak sreg aja, kedua badan itu di tukar-artikan seperti itu.
Untuk masalah font dan typo #aisshh #putusasa berbagai nama tempat, istilah hukum dll, ditranslasikan dengan sangat tidak konsisten. Di beberapa tempat, hal-hal tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sedangkan di tempat lain, masih menggunakan istilah aslinya - kadang-kadang ditulis dengan font Italic, sering-seringnya tidak. Heran ya, terbitan GPU biasanya teliti untuk masalah-masalah seperti ini....
ini masih di wishlist ku juga, belum baca :D banyak yg bilang agak mengecewakan tapi nggak separah the appeal kata orang2... jadi penasaran... judulnya padahal menjanjikan drama courtroom yang seru ya :)
BalasHapusSebenarnya kisah yang diangkat bukan hal baru, banyak pengulangan dari kisah2 sebelumnya, untungnya gaya penuturan yang rada 'slengekan' plus karakter yang rada aneh bisa bikin geli sekaligus refreshing dalam melahap buku yg lmyn tebal ini :D
BalasHapus