Judul Asli: Interpreter of Maladies
Pengarang: Jhumpa Lahiri
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2006)
ISBN: 9789792225181
Jumlah Halaman: 248 halaman
Penerbitan Perdana: 1999
Literary Awards: Pulitzer Prize for Fiction (2000), PEN/Hemingway Foundation Award (2000), Puddly Award for Short Stories (2001)
Sembilan buah cerita pendek yang menceritakan tentang tragedi-tragedi pribadi orang-orang yang kesepian. Hampir semuanya berakhir sangat menyedihkan, tapi juga di sisi lain, sangat melegakan. Kisah kehidupan yang dengan lugas menyatakan, life's hard, but you'll get through it.
1. Masalah Sementara
Sepasang suami istri yang menjadi terasing satu sama lain setelah mereka kehilangan bayi yang baru dilahirkan, mulai membuka diri kembali saat terjadi pemadaman lampu satu jam setiap malam.
Karena kisah pertama, aku masih mengira dan berharap, kisah ini akan 'diselesaikan dengan baik dan benar'. Ah, aku salah. Akhir yang mengenaskan... atau membebaskan?
2. Mr. Pirazda
Satu hal yang kurasakan dari literari-literari India yang sudah kenikmati, adalah pada satu titik, ada sebuah kesan tercabik dari pemisahan India menjadi India-Pakistan-Bangladesh. Kisah ini menceritakan tentang kegelisahan Mr. Pirazda, yang muslim, jelang pemisahan ini, dari sudut pandang seorang gadis kecil, Hindi, di Amerika. Menyentuh.
3. Penerjemah Luka
Banyaknya dialek yang digunakan di perbatasan India, membuat seorang guru SMA memiliki profesi lain, menjadi seorang penerjemah luka (interpreter of maladies) -- istilah yang sulit ditranslasikan tanpa kehilangan nuansanya.
4. Durwan Sejati
Kemiskinan dan hipokrasi. Kisah sedih di hari Minggu ini #eh
5. Seksi
Membaca cerpen ini, aku baru yakin seyakin-yakinnya kalau si pengarang ini seorang wanita #doubleeh
6. Rumah Mrs. Sen
Galauan seorang wanita setengah baya, yang merasa dicabut dari akarnya dan kesepian di sebuah kota kecil di Amerika. Terasing. Sendirian.
7. Rumah yang Diberkati
Sedikit melenceng dari tema kesepian, tokoh istri yang masih muda dan bersemangat di kisah ini malah memiliki banyak sekali energi dan kemampuan beradaptasi di tempat baru. Terlalu beradaptasi, hingga sang suami yang merasa pusing dan terasing.
8. Pengobatan Bibi Haldar
Kisah paling aneh di kumcer ini. Tapi setelah kubaca 2-3 kali, aku dapat merasakan keindahannya. Bahwa sebagaimana pun keadaan kita, kadang yang dibutuhkan hanyalah keberadaan orang lain yang tulus, yang membuktikan bahwa kita tidak sendirian.
(jadi teringat ceritanya Prof. Do Min Joon tentang simpanse kesepian yang memilih boneka daripada susu itu lo #kokjadinyampur2ginisih #inikumcerindiabukankdrama #biarin #wongteringatkok)
(jadi teringat ceritanya Prof. Do Min Joon tentang simpanse kesepian yang memilih boneka daripada susu itu lo #kokjadinyampur2ginisih #inikumcerindiabukankdrama #biarin #wongteringatkok)
9. Benua Ketiga dan Terakhir
Ahh.... akhirnya, buku kumcer ini memiliki sedikit belas kasihan kepada para pembacanya dan mengakhiri kumpulan kisahnya dengan cerpen happy ending.
LUV IT.
LUV IT.
* * *
Untuk edisi bahasa Indonesianya ini, penerjemahannya sangat enak dibaca dan tanpa typo. Tapi yang paling aku suka itu adalah desain covernya. Cantik dan amat sangat India sekali. Aku tidak bisa menggambarkannya secara mendetail, tapi aku merasa sosok pria dan wanita di cover itu kok sangat membuat terharu ya.... #nahlo #apaanlagicoba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar