Judul: Kim
Judul Asli: Kim
Pengarang: Rudyard Kipling
Penerbit: Bentang Pustaka (2011)
ISBN: 978-602-88-1140-8
Jumlah Halaman: 454 halaman
Penerbitan Perdana: 1901
Sinopsis:
Hanya satu yang diinginkan Lama dalam hidup ini: mendatangi Sungai Penyembuhan. Sosok dan pandangan hidup Lama dari Tibet itu membuat Kim terkesan. Dia pun mengajukan diri menjadi chela - murid - untuk mengiringi perjalanannya.
Namun, perjalanan spiritual tersebut disusupi sebuah rencana spionase. Sepanjang perjalanan, Kim harus mengerahkan segala upaya untuk mengelakkan Lama yang lugu dari ancaman orang-orang licik, sekaligus memasang mata dan telinga lebar-lebar demi mengawasi situasi konflik yang semakin memanas. Akankah Kim berhasil membawa Lama menjumpai Sungai Penyembuhan?
Bukan sekadar cerita petualangan, novel Kim mengisahkan drama kehidupan dan, tak kalah menariknya, spiritualitas dunia Timur. Melalui Kim, kita akan menjelajahi sudut-sudut India yang tak pernah tersentuh, melebur bersama penduduknya yang lekat dengan beraneka tradisi, dan menikmati serunya dunia spionase dalam sudut pandang bocah lelaki usia belasan tahun. Ditulis oleh seorang peraih Nobel Sastra termuda saat itu, Kim adalah salah satu mahakarya dunia.
Novel ini kuberi 4* penuh gara-gara keunikannya yang bikin aku sering takjub. Meskipun awalnya berasa seperti kecemplung di negeri antah berantah, penuh kosa kata, percakapan dan adat istiadat yang aneh, tapi pelan-pelan dapat juga mood-nya dan selanjutnya aku dapat menikmatinya. Sangat menikmati. Tentu saja tetap masih sering terkejut dengan kelakuan dan kecerdikan si bocah Kim, yang sering tak terduga-duga cara berpikirnya.
Kim kental sekali memotret budaya Asia Tengah di era pergantian abad 19-20. Tentang segala macam kepercayaan -Dewa-dewa Hindu dan ajaran Budhism, disela takhayul, kepercayaan tentang berkat dan kutukan-, juga tentang cara hidup masyarakat berbagai ras dan kasta. Pencarian 'jalan' kehidupan dan roda reinkarnasi yang terus berputar, ditingkahi dengan 'permainan besar' -The Great Game- situasi spionase dan kontra spionase antara Inggris dan Rusia di semenanjung ini waktu itu. Semuanya dilihat dari mata seorang Kim.
Tentang Kim, dia sebenarnya adalah Kimball O'Hara. Terlahir sebagai putra seorang serdadu Inggris Irlandia, namun cinta mati pada tanah kelahirannya. Sempat dididik sebagai Sahib (keturunan bangsa Inggris) yang terhormat, namun Kim tetap memilih hidup sebagai bocah jalanan berkasta rendah. Setelah menjadi yatim piatu di usianya yang sangat muda, ia memiliki bakat alami untuk menyerap informasi dari berbagai sumber dan kemudian menggunakannya dengan kebijakan yang hanya mungkin dimiliki oleh seorang yang besar dan bertahan di jalanan Lahore.
Suatu ketika ia bertemu dengan seorang Lama Tibet yang sedang berusaha mencari sungai penyembuhan, sebuah pencerahan spiritual demi memutuskan roda reinkarnasinya. Kim sangat terkesan dengan pertemuan ini dan berjanji membantu sang Lama dalam ziarahnya. Dalam perjalanan ini pula, Kim dan sang Lama tak sengaja tercebur dalam sebuah permainan berbahaya, Permainan Besar, yang sedikit banyak mempengaruhi jalan sejarah India.
“This is a brief life, but in its brevity it offers us some splendid moments, some meaningful adventures.”
Petualangan Kim menyusuri anak benua Hindia, dari Punjab, Lahore, Benares hingga Pegunungan Himalaya ini sungguh-sungguh mencengangkan. Demikian pula detail-detail potret kehidupan masyarakat India yang terekam dengan sangat indah dalam novel ini.
Untuk edisi Indonesianya, aku cukup menikmati terjemahannya. Awalnya memang agak sulit, karena banyaknya kosa kata tanpa penjelasan yang tidak kumengerti dan kalimat-kalimat yang rada kaku, tapi lama-kelamaan lebih mengalir dan mudah dimengerti. Bersih typo. Covernya aku suka. Entahlah, ilustrasi bocah Kim di situ cute abis, nggemesin =)), walau setelah baca novelnya, ternyata gak sesuai dengan penggambaran karakter Kim, yang dekil dan suka menyamar. Mungkin lebih cocok, cover lama edisi Penguin Classic ini ya...
Wah, buku ini sudah lama banget ada dalam timbunan saya. Baca review ini jadi ingin buru-buru baca. Sempat baca halaman awal dan bikin kening berkerut. Kipling bercerita dengan kalimat-kalimat raksasa. Narasinya itu lho, Mbak. Puanjanngg puanjanngg :)
BalasHapushehehe... iya, pertama kali baca aku juga cukup kebingungan kok. tapi pelan-pelan... terbiasa dengan gaya seperti itu (dan terjemahan seperti itu), sampe akhirnya dapet juga mood-nya. setengah buku terakhir jadi susah ngelepasinnya :)
Hapus