Judul: Size 14 Is Not Fat Either - Ukuran 14 Pun Tidak Gemuk
Judul Asli: Size 14 Is Not Fat Either
Seri : Heather Wells Mysteries #2
Pengarang: Meg Cabot
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama (2011)
ISBN: 978-979-22-6944-4
Jumlah Halaman: 400 halaman
Penerbitan Perdana: 2006
Sinopsis:
Mantan bintang pop Heather Wells telah berhasil membiasakan diri dengan kehidupan barunya sebagai asisten direktur asrama di New York College, karier yang tidak memaksa tubuh ukuran rata-ratanya dengan busana mini. Dia bahkan bisa menerima dengan baik rencana pernikahan mantan pacarnya yang selebriti. Tapi jelas dia menghadapi kesulitan saat berurusan dengan masalah di dapur kafeteria asrama, tempat seorang pemandu sorak kehilangan kepalanya, pada hari pertama semester dimulai.
Dikelilingi mahasiswa yang histeris—dengan ayah mantan narapidana yang tiba-tiba muncul dan mantan pacar yang menghujaninya dengan telepon yang tak diinginkannya—Heather menyambut kesempatan untuk menjadi detektif... lagi. Jika kesibukan itu bisa mengalihkan pikirannya dari masalah pribadi—dan menyatukannya kembali dengan detektif swasta tampan pemilik rumah batu-pasir tempatnya tinggal—tidak ada masalah. Tapi jejak pembunuhan itu membawa dia memasuki dunia gelap. Dan jika tidak berhati-hati melangkah, tak lama lagi dia akan menyanyikan lagu kematiannya sendiri.
Judul: Big Boned - Bertulang Besar
Judul Asli: Big Boned
Seri : Heather Wells Mysteries #3
Pengarang: Meg Cabot
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama (2012)
ISBN: 978-979-22-8613-7
Jumlah Halaman: 320 halaman
Penerbitan Perdana: 2007
Judul Asli: Big Boned
Seri : Heather Wells Mysteries #3
Pengarang: Meg Cabot
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama (2012)
ISBN: 978-979-22-8613-7
Jumlah Halaman: 320 halaman
Penerbitan Perdana: 2007
Hidup cukup menyenangkan bagi mantan bintang pop berbadan besar yang kini bekerja sebagai asisten Direktur Asrama dan terkadang menjadi detektif amatir, Heather Wells. Ayahnya yang mantan narapidana dan menumpang hidup akhirnya pindah. Dia masih naksir berat pada induk semangnya yang seksi, Cooper Cartwright, tapi hubungannya dengan pacar sementaranya yaitu Tad Tocco, sang profesor matematika yang juga vegetarian, lebih dari memuaskan. Dan bagian terbaiknya, tidak ada yang tewas akhir-akhir ini di Asrama Maut, nama julukan yang diberikan pada asrama tempat Heather bekerja. Tapi tentu saja tidak selamanya keadaan selalu tenang dan damai. Dan ketika mayat korban pembunuhan terakhir yang muncul di wilayah kerjanya adalah sang bos yang tidak terlalu disukai, Heather menemukan dirinya memegang daftar tersangka utama—termasuk cowok pemimpin demo yang juga pacar asisten Heather yang selalu tegang dan pendeta muda kampus yang tampan yang dituduh menggoda beberapa mahasiswi anggota paduan suara.
Dengan ketenaran memanggilnya kembali ke dunia hiburan (sebagai bintang baru acara anak-anak!) sungguh bukan waktu tepat untuk kembali terlibat dalam penyelidikan pembunuhan. Ditambah Tad juga mengisyaratkan dirinya akan menanyakan Pertanyaan Besar, yang Heather sendiri tidak tahu harus menjawab apa....
Seperti yang sudah kukatakan di review Size 12 is not Fat sebelumnya, aku cukup menyukai kisah si Heather ini, meskipun gak sampai taraf pokoknya-pengin-baca-harus-beli-sekarang-juga-gak-boleh-ditunda-tunda. Belum. Pengin nyari pinjaman, tapi belum kesampaian #sadartimbunan, sampai akhirnya melihat buku #2 dan #3-nya di obralan Gramedia #lalutibatibajadigaksadartimbunan. XD
Size 14 Is Not Fat Either
Untuk cerita misterinya sendiri, aku gak terlalu suka. Pertama terlalu gory *yucks, boiled head on the pot*, kedua penjahatnya terlalu straight forward, gak ada kejutannya, red herring-nya masak cuman pake nama yang sama aja, dan yang terakhir, uhhm ya... penjahatnya bodoh, spoiler [bocah manja yang bisanya cuma pura-pura menakutkan, sembunyi di balik topeng dan teman-temannya dan nama keluarganya]. Memang sih, ada juga tegangnya di bagian akhir plus kejutannya(baik)nya, tapi jadi agak melempem, gak jadi tegang malah lucu gara-gara Heather yang kena roofie.Nah, yang lebih menarik di sini justru kisah sampingannya. Masih tentang Jordan... yang teuteup nyebelin seperti biasa dan Cooper, yang cool dan baik, terlalu baik malah dan ddduhhhh... aku sering ngakak-ngakak sendiri saat baca bagian Heather terobesesi kocak pada Cooper. Ya tapi beneraaaaan, gimana Copper mo deket-deket, kalo itu si kutu kupret selalu aja gangguin Heather.
Selain itu, juga banyak karakter-karakter menarik yang bermunculan, yang bikin novel ini sulit dilepaskan. Ada ayah narapidana yang kukira bakal bikin kisah jadi ruwet, tapi setelah kenal, eh kok malah oke punya. Ada Gavin McGorren, mahasiswa sotoy yang lagi kena oedipus complex pada Heather. Ada Tom, direktur
Tokoh-tokoh lain dari sebelumnya, Magda, Pete, Julio dan Detektif Canavan juga muncul lagi, sama seperti Patty dan Frank, pasangan yang jadi teman Heather. Semuanya bikin dunia Heather ini enak dinikmati. Tapi keputusan Coop, dan Heather, di akhir kisah kok bikin aku sedih yaaaa..... no... you two are made for each other, seriously!
PS: What kinda name is Tad anyway?
Big Boned
Dibandingkan buku sebelumnya, buku ini jauh lebih tipis, hanya sekitar 3/4nya saja, tapi jalinan misterinya jauh lebih kusukai, lebih berbelit, banyak pancingan ke sana sini, dan setelah satu kasus terungkap, ternyata masih ada lanjutannya, lagi dan lagi, dan kemudian ternyata pembunuhnya *ttiiitt* cuman demi *tiiit* dan *tiiit* #sinyalputussambung. Wow, gak nyangka.....Endingnya juga lebih seru. Setelah Cooper jatuh gelundungan dari tangga 2 lantai, kemungkinan gegar otak dan nyaris patah hati, Heather masih saja usil mencari tahu hal-hal tertentu. Akibatnya dia malah ketemu si penjahat dan mau ditembak sungguhan.
Kisah utamanya tentu seputar pembunuhan yang terjadi di Gedung Tinggal (bukan Asrama lho) yang dikelola Heather, kemudian ditingkahi dengan kasus pemogokan kerja, pelecehan seksual terhadap mahasiswi, sampai rapat eksekutif yang harus dihadirinya. Masalah pribadinya juga datang menghampiri. Dari masalah hubungannya dengan Tad, sampai tawaran ayahnya yang menggiurkan untuk kembali bergelut di dunia hiburan, meski untungnya si kutu kupret Jordan hanya muncul sekilas *tumben.
Karakter-karakter lain yang muncul di buku sebelumnya muncul lagi di sini, membuat pembaca tambah akrab dengan dunia Heather.
Konflik sampingannya itu... uhm yang pasti lucu aja lihat Cooper sedikit blingsatan lihat Heather dan Tad *again, what's with that name Tad?? sounds like Rat or something :p Kan biasanya Heather aja yang ngaco pikirannya kemana-mana sedangkan si Cooper-nya cool aja, sekarang ada sedikit variasi emosi. Kaget juga waktu Coop marah sampai tereak gitu. Hoo... masih manusia juga to dia.... #plak
Curiga, ini waktu pertama release bukunya jangan2 deket-deket hari palentin ((pake 'Pe')) kayak sekarang ya kayaknya, kok love is in the air banget temanya. Apapun sebabnya, puas baca endingnya. Akhirnya.... =D
Untuk edisi bahasa Indonesianya, aku lebih suka terjemahan Size 14 daripada Big Boned. Bahasanya lebih luwes mentranslasikan, dari bahasa gaul yang dipakai para mahasiswa di Gedung Tinggal Heather sampai bahasa jalanan para penjual naza. Sedangkan di Big Boned sedikit lebih kaku dan ada beberapa kali ketidak konsistenan, terutama pada pentranslasian murse (man-purse), yang sebagian masih menggunakan bahasa aslinya "murse" dengan font italic, sebagian lagiditerjemahkan jadi tas tangan pria *teringat episode di Friends waktu Joey tergila-gila pake murse yang dikasih Rachel, hihihihi....*. Tapi meskipun begitu, keduanya rapi dan bersih typo. Covernya, atau tepatnya seri covernya terbitan GPU ini cantik-cantik semua, aku sukaaaa. Minimalis tapi keren. Jadi pengin koleksi ((KOLEKSI))!!
Pokoknya, setelah baca seri kedua dan ketiganya ini, sekarang aku jadi bener-bener kepo sama lanjutannya. Kayaknya untuk buku #4 dan #5 nya sedikit kena penyakit pokoknya-pengin-baca-harus-beli-sekarang-juga-gak-boleh-ditunda-tunda.
#eaaaakk #TBThutangdulu
https://www.goodreads.com/review/show/1190013169
https://www.goodreads.com/review/show/1190617088
Tidak ada komentar:
Posting Komentar