Judul: The School for Good and Evil
Judul Asli: The School for Good and Evil
Pengarang: Soman Chainani
Penerbit: Bhuana Sastra (2014)
ISBN: 978-602-24-9756-1
Jumlah Halaman: 580 halaman
Penerbitan Perdana: 2013
Literary Awards: Waterstones Children's Prize Nominee (2014)
Sinopsis
Tahun ini, Sophie dan Agatha digadang-gadang menjadi murid Sekolah Kebaikan dan Kejahatan yang legendaris, tempat anak-anak laki-laki dan perempuan dididik menjadi pahlawan dan penjahat dalam dongeng. Dengan gaun pink, sepatu kaca, dan ketaatannya pada kebajikan, Sophie sangat yakin akan menjadi lulusan terbaik Sekolah Kebaikan sebagai putri dalam dongeng. Sementara itu, Agatha, dengan rok terusan warna hitam yang tak berlekuk, kucing peliharaan yang nakal, dan kebenciannya pada hampir semua orang, tampak wajar dan alami untuk menjadi murid Sekolah Kejahatan.
Namun ketika kedua gadis itu diculik oleh Sang Guru, terjadi sebuah kesalahan. Sophie dibuang ke Sekolah Kejahatan untuk mempelajari Kutukan Kematian; sementara Agatha masuk ke Sekolah Kebaikan bersama para pangeran tampan dan putri cantik mempelajari Etiket Putri. Bagaimana jika ternyata kesalahan ini adalah petunjuk pertama untuk mengungkap diri Sophie dan Agatha yang sesungguhnya?
Sekolah Kebaikan dan Kejahatan menawarkan petualangan luar biasa dalam dunia dongeng yang menakjubkan, di mana satu-satunya jalan keluar dari dongeng adalah... bertahan hidup. Di Sekolah Kebaikan dan Kejahatan, kalah bertarung dalam dongengmu bukanlah pilihan
Cerita ini sukses mengobok-obok semua kaidah standard kisah dongeng, mengaburkan batasan baik dan jahat, meredefinisikan peran putri, pangeran dan penyihir, serta menuliskan ending versi baru yang bukan 'ever after' maupun 'never more'! #halahbahasane :D
Dua menara bagai kepala kembarSatu untuk yang tulusSatu untuk yang kejiSia-sia mencoba kaburSatu-satunya jalan keluar adalahMelalui dongeng
Alkisah di tengah sebuah hutan tak bertepi entah di mana, ada sebuah desa. Di desa ini ada keanehan yang unik. Setiap empat tahun, pada malam kesebelas bulan kesebelas, dua orang anak akan 'diambil' oleh Sang Guru. Dua orang anak. Satu anak yang manis penurut. Satu anak lagi yang bengis bengal. Lebih uniknya lagi, setelah beberapa waktu berlalu, wajah anak-anak ini akan muncul dalam buku-buku dongeng yang dibaca oleh anak-anak lainnya. Satu sebagai pangeran gagah atau putri jelita, yang lain sebagi penyihir buruk rupa. Demikianlah berlangsung sejak lama, tanpa mampu dicegah atau dihentikan.
Di desa ini hiduplah Sophie dan Agatha. Sophie bercita-cita ingin jadi putri dalam dongeng, sehingga ia menjadikan dirinya cantik dan menganggap bahwa dengan berteman dengan Agatha yang penyendiri, ia sudah berbuat kebajikan setulus-tulusnya lalu dengan begitu, ia berharap dapat dipilih oleh Sang Guru.
Malam yang dinanti tiba, dan benar saja, Sophie dan Agatha secara ajaib 'diangkut' menuju Sekolah Kebaikan dan Kejahatan. Tapiii.... tunggu sebentar. Ada kesalahan (atau mungkin juga tidak). Sophie dengan segala perilaku sok imutnya diterima di Sekolah Kejahatan, sedangkan Agatha yang sembrono dan tidak peduli penampilannya justru diterima di Sekolah Kebaikan.
Dimulailah petualangan keduanya untuk memahami diri masing-masing. Juga untuk memahami inti dari sebuah dongeng, tentang kejahatan dan kebaikan yang terus bertarung, dan tentang ketulusan dan kekejian yang bersumber dari dalam hati.
Hampir semua "ciri khas dongeng" di bolak-balik di kisah ini. Dari yang paling jelas seperti bahwa putri harus berparas cantik dan penyihir jelas punya rupa buruk, tipikal penjahat-penjahat dalam dongeng, para sidekick yang jarang diingat, sampai dengan berbagai macam keahlian putri dan pangeran.
Di menara kebaikan ini, anak laki-laki berlatih adu pedang sementara, anak perempuan harus mempelajari salakan anjing dan kukuk burung hantu. Tak heran para putri ini begitu tak berdaya di dalam dongeng. Kalau yang mereka lakukan hanya tersenyum, berdiri tegak dan berbicara dengan tupai, maka pilihan apa yang mereka miliki selain menunggu seorang pria untuk menyelamatkan mereka?
Saat membaca, sempat terpikir kalau pengarang buku ini adalah seorang wanita karena muatan-muatannya dalam novel ini yang lumayan feminis... eh ternyata aku salah lagi... setelah mem-wiki, ternyata cowok tooo. #eaaa #terTerePart2
Karakter-karakter kisah ini, terutama Sophie dan Agatha juga tidak serta-merta hitam putih. Keduanya selalu berada di tengah-tengah... seolah mengatakan bahwa karakter manusia juga tidak ada yang sejelas putri-putri dalam dongeng. Sophie yang cantik tapi hipokrit versus Agatha yang meskipun tulus namun sangat rendah diri dan peragu. Sophie mungkin saja bisa dibenci karena ia berkali-kali jelas-jelas memanfaatkan Agatha, tetapi Agatha sendiri juga menjengkelkan dan tidak bisa apa-apa tanpa dukungan Sophie.
Menjelang tengah cerita, setelah cukup mapan dengan kisah sekolah baik dan jahatnya, dongeng ini kemudian mengambil kisah Swan Lake dan memuntirnya sedemikian rupa, sampai memberikan nada kontemporer yang menyegarkan. Sang Pangeran jatuh cinta pada sang penyihir yang berwajah putri, hanya saja... siapa putrinya, siapa penyihirnya.
Akhir kisah ini juga sangat tidak konvensional untuk sebuah dongeng. Kadang kala memang persahabatan lebih penting daripada sekedar kenyataan tentang putri dan penyihir, dan seorang pangeran yang berada di tengah-tengah keduanya pun tidak mampu mengubahnya... atau benarkah begitu??
4* buat ceritanya plus setengah * lagi buat ilustrasi covernya yg cakep banget.
Semoga Bhuana Sastra cepat-cepat menterjemahkan seri keduanya, A World Without Princes dan seri ketiganya nanti, The Last Ever After, yang rencananya terbit bulan Juli 2015.
https://www.goodreads.com/review/show/1204419831
Review ini diposting dalam rangka event
Around the Genres in 30 Days
Kelompok Genre Science Fiction and Fantasy
Aku jg sdh punya buku 1 & 2, tinggal tunggu buku ke 3 keluar.. smoga bukunya cpt dipublish.. juga utk buku ke 4 nya (handbook) yg katanya terbit 2016..
BalasHapusaku dah baca yang 1 dan 2 tinggal yang 3 dan 4 semoga cepat di publish ya
BalasHapusAku uda punya seri 1,2,3 pengen beli yg handbook. Katany seri ke 4 bakalan ada judulny quest of glory tapi blm tau kapan terbit di indonesia masih terbit di amerika bulan juli besok.
BalasHapus