Judul: 3 (Tiga)
Pengarang: Alicia Lidwina
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2015)
ISBN: 9786020316772
Jumlah Halaman: 320 halaman
Penerbitan Perdana: 2015
Lihat sinopsis
“Selama seseorang masih memiliki sesuatu untuk diperjuangkan, dia tidak akan bunuh diri. Kecuali jika memang bunuh diri adalah satu-satunya cara mempertahankan apa yang dia perjuangkan.”
Kalimat Hashimoto Chihiro membekas di kepala Nakamura Chidori, bahkan setelah perempuan itu bunuh diri. Apa sebenarnya yang mengubah pandangan hidup Hashimoto sampai dia mengakhiri hidupnya? Mungkinkah karena Nakamura tidak pernah menepati janjinya? Mungkinkah karena Nakamura menyimpan perasaan kepada Sakamoto, yang seharusnya merupakan sahabat mereka?
Setelah tujuh tahun tidak bertemu, Nakamura harus kembali berhadapan dengan masa lalunya. Di antara memori akan persahabatan, janji yang diingkari, impian, dan cinta yang tak berbalas, tersembunyi alasan kepergian Hashimoto yang sebenarnya.
Bayangkan jika suatu malam, kau mendapatkan telepon dari polisi yang mengabarkan salah satu sahabat karibmu telah mengakhiri hidupnya sendiri. Bukan sekedar teman atau kenalan, tapi sahabat lama sejak masa kanak-kanak, tumbuh besar bersama, berbagi kenangan masa sekolah, bahkan tinggal berbagi rumah selama masa kuliah. Sahabat di mana sebuah impian pernah dibagi dan tiga buah janji pernah dibuat.
Selama seseorang masih memiliki sesuatu untuk diperjuangkan, dia tidak akan bunuh diri. Kecuali jika memang bunuh diri adalah satu-satunya cara mempertahankan apa yang dia perjuangkan.
...
Hanya orang-orang yang impiannya sudah rusak, hancur, dan binasa yang akan melakukan tindakan menyedihkan seperti bunuh diri.
Telepon semacam itulah yang mengawali kisah Nakamura Chidori di novel ini. Hashimoto Chihiro telah bunuh diri dengan hanya meninggalkan goresan angka 3 dari lipstik merah manyala di atap gedung tempatnya meloncat. Dari sini kisah sepi Nakamura dan kedua sahabatnya, Hashimoto dan Sakamoto dijabarkan, melompat-lompat dari waktu satu ke waktu lainnya, lampau dan sekarang. Kisah persahabatan tulus namun aneh antara seorang yang merasa dirinya biasa-biasa saja, dengan seorang jenius pendiam dan seorang atlet pelajar populer, tentang belajar menjadi dewasa bersama, tentang pilihan-pilihan sulit yang mereka buat, kesalahan-kesalahan yang sengaja dan tak sengaja dilakukan, rasa cinta tak kesampaian dan rasa takut kehilangan yang sulit mereka atasi. Semuanya mengalir tenang terkendali, namun menyisakan riak-riak kekecewaan terpendam... yang akhirnya meledak dengan konsekuensi mengerikan. Dan kemudian Nakamura harus berhadapan dengan hantu-hantu masa lalunya, yang sudah ia pendam dalam-dalam.
Sampai hujan datang.
Sampai langit tampak begitu dekat.
Sampai burung-burung terbang,
karena merekalah makhluk yang paling dekat dengan langit.
Membaca novel ini, aku benar-benar terkejut. Tapi terkejut dalam artian sebaik-baiknya, karena aku tidak menyangka... membaca metropop lokal, berharap mendapat cerita ala sinetron, eh dapatnya malah cita rasa novel Jepang yang dalam dan menggigit. Muram tapi indah. Tema persahabatan yang hangat tapi diceritakan dari sudut pandang seorang yang benar-benar kesepian dalam hatinya. Novel ini jelas mengelabuiku. :)
Ketiga karakter utama dalam novel ini, Nakamura, Hashimoto dan Sakamoto, digambarkan dengan detail dan indah. Masing-masing dengan lapis demi lapis kesedihan, yang kadang-kadang tak perlu lagi dikatakan, tapi hanya dengan tatapan mata dan gestur tubuh yang berulang, seperti saat-saat Nakamura hanya dapat melihat bahu Sakamoto dari belakang, atau bau rokoknya. Atau Sakamoto yang begitu menaruh perhatian pada Nakamura hingga menyuruh pelayan restoran tempat pernikahannya hanya menyediakan air putih kepadanya. Atau kebiasaan Hashimoto untuk melahap Furikake Gohan untuk menenangkan segala gejolak yang terjadi di antara mereka. Hal-hal kecil, personal, dan merupakan priviledge seorang sahabat sejati untuk mengetahuinya. Itu semua menjadikan cerita ini sangat spesifik tentang mereka, tapi juga sangat dekat untuk terjadi pada setiap pembacanya.
**dan saat sampai di bagian perpisahan mereka bertiga setelah kelulusan, aku jadi benar-benar teringat lagu Satsugyo-nya Crude Play, khususnya pas bagian lirik "waratte iyou ze / oretachi wa oretachi wo / sotsugyou shinai kara," tetap saja tersenyum, kita tak akan pernah lulus dari menjadi diri kita sendiri**
Pada akhirnya, sejauh apapun Nakamura mengelak, ia tetap menjadi dirinya sendiri. Dengan memori-memori masa lalunya, dengan penyesalan-penyesalannya juga dengan cinta yang lama terpendam, setua dan sedalam persahabatan mereka sendiri.
Karena cinta itu candu, tapi cinta juga kesembuhan.
Cinta adalah penjara, cinta adalah mendambakan.
Cinta memperhatikan, cinta mengejar.
Tapi cinta juga menunggu, cinta juga memaafkan.
Kematian Hashimoto bukan saja menyisakan duka mendalam bagi Nakamura dan Sakamoto, tapi juga pesan indah untuk meneruskan mencapai impian mereka. Bagiku, masih tersimpan misteri besar serusak, hancur, dan binasa apakah impian Hashimoto hingga ia memutuskan untuk bunuh diri. Tapi mungkin saja, bunuh diri ini satu-satunya cara mempertahankan apa yang dia perjuangkan. Pedih memang. Namun kisah ini mampu mengaduk-aduk perasaan pembacanya (aku) tanpa menjadikannya tears jerking.
*Sangat mengingatkanku pada gaya penulisan Kazuo Ishiguro yang juga selalu tenang tapi pilu itu lho. Keren euy.*
Ini jelas bukan cerita fan fiction yang lebay max. Ini kisah indah tentang pertemuan, janji, impian, persahabatan dan perpisahan yang dijalin indah. Mungkin cerita ini terjadi di Tokyo abad 21, tapi bisa saja terjadi di mana saja kapan saja, saat benang merah takdir mempertemukan kita semua dengan para sahabat sejati.
Notes: aku baru kali ini mendengar nama sang pengarang, dan sempat kucari-cari di internet tentangnya, tapi belum banyak yang inpoh kudapat. Jadi, maafkan daku Alicia Lidwina, tampaknya mulai sekarang aku akan banyak meng-stalker akun twitter-mu dan juga sering-sering menyambangi blogmu -yang isinya teramat unik- itu. kepo. kepo. kepo. :) :) :)
https://www.goodreads.com/review/show/1517934669
Baca di Ijak? #dikeplakyangpunyablog 😃
BalasHapusya tentu ijak... mosok aku nimbun metropop... #dikeplakpengarange :p
Hapus