Judul: Year of the Hyenas - Tahun Anjing Hiena
Judul Asli: Year of the Hyenas: A Novel of Murder in Ancient Egypt
Seri: Semerket #1
Pengarang: Brad Geagley
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2015)
ISBN: 978-602-03-1298-9
Jumlah Halaman: 472 halaman
Penerbitan Perdana: 2005
Lihat sinopsis
Seorang pendeta wanita diduga dibunuh dengan keji. Rakyat Mesir gempar, para pemimpinnya cemas. Karena pembunuhan terhadap pendeta akan membangkitkan amarah para dewa.
Penyelidikan pun digelar. Semerket ditunjuk menjadi penyidik. Namun bahkan Semerket sendiri bertanya-tanya, kenapa pecundang seperti dirinya––pemabuk dan pengangguran yang masih mengejar-ngejar mantan istri––dipilih untuk menyelidiki peristiwa langka ini. Apakah penunjukan itu disengaja agar kasus tersebut takkan terpecahkan?
Namun rupanya para dewa tak tinggal diam. Semerket perlahan berhasil menyingkap misteri pembunuhan itu; perjalanan yang membawanya ke harem firaun, membongkar konspirasi besar Mesir tahun 1153 SM; mengungkap fakta lain tentang kematian Ramses III.
Setelah beberapa kali membaca novel dengan genre campuran crimefic+hisfic dengan setting Jepang kuno (seperti seri Sugawara Akitada - review di sini dan di sini, atau seri Sano Ichiro review di sini), kali ini aku mencoba membaca novel dengan mix yang sama, tapi dengan setting negeri Mesir kuno.
Bayangkan adegan flashback film The Mummy di Kota Thebes jaman dahulu kala, Lembah Para Raja, Kuil-kuil dan Makam para Firaun, dlsb, lalu tambahkan tokoh detektif putus cinta ala Cormoran Strike ke dalamnya. Seperti itulah tepatnya rasa novel ini.
1153 SM.
Di tepian Sungai Nil yang melintasi Kota Thebes, mayat seorang pendeta wanita ditemukan dalam keadaan mengenaskan menjelang Perayaan Dewi Osiris. Selain menggemparkan, penyelidikan mayat pendeta wanita ini juga meyinggung ranah politis, karena semasa hidupnya ia tinggal di Thebes Barat yang diwalikotai Pendeta Pewero yang keturunan keluarga aristokrat, namun mayatnya terhanyut dan ditemukan di sebelah timur sungai, wilayah Walikota Thebes Timur Paser yang merupakan orang kebanyakan. Dan tentu saja, kedua Walikota ini tidak bisa dibilang rukun, malah ada banyak gosip tentang persaingan dan ketidaksukaan satu terhadap yang lain. Demi keadilan, Pejabat Tinggi Firaun menunjuk satu orang penyelidik bebas yang tidak terikat kesetiaan pada keduanya. Semerket.
Semerket ini adalah mantan pegawai Dinas Rahasia, seorang terpelajar, cerdik pandai, tahu segala hal tentang hukum, namun sayang sedang mengalami masa-masa sulit. Setelah ditinggal sang istri, ia menjatuhkan diri dalam pelukan anggur dan bermabuk-mabukan setiap saat, hingga karirnya terpuruk nyaris hilang tak berbekas. Namun kesempatan kedua datang tepat waktu. Atas rekomendasi kakaknya, Nenry, Pejabat Tinggi Toh menunjuk Semerket untuk menyelidiki masalah pelik ini (karena keterus-terangannya dalam berujar di tengah sidang), dan disetujui oleh kedua Walikota serta sang Ratu Mesir sendiri.
Penyelidikan Semerket membawanya dari satu hal ke hal lain. Dimulai dari meja atopsi jenazah (meski khas Mesir kuno dengan segala ritual dan tetek-bengeknya, namun proses atopsinya sendiri lumayan "modern" dan ilmu kedokterannya cukup mengagumkan... untuk ukuran saat itu) hingga pencarian tempat pembunuhan yang sesungguhnya. Dari reka ulang hingga wawancara orang-orang terakhir yang melihat sang korban, juga pencarian senjata pembunuh yang ternyata terbuat dari bahan yang unik.
Di desa tempat tinggal sang korban ini malah ditemukan banyak kejanggalan-kejanggalan yang mengulik rasa penasaran Semerket. Desa ini adalah desa tempat sekumpulan pengrajin tinggal, dan bertugas mempersiapkan makam Sang Firaun. Selain para tukang batu dan penggali, masih banyak pengrajin lainnya, seperti tukang lukis, tukang ukir, pembuat tembikar, pemahat, pematung, juru tulis, pembuat perhiasan, ahli permata, dll. Namun di antara mereka ada benih-benih pemberontakan terhadang Firaun yang sedang disemaikan, dan tepat dari bawah makam-makam kuno ini, konspirasi jahat digulirkan. Rencana yang dibuat oleh orang-orang terdekat Firaun Ramses III sendiri serta bertangan panjang dan menggurita, hingga Semerket tak tahu lagi siapa yang dapat dipercaya siapa yang tidak.
Misteri yang dikisahkan dalam cerita ini cukup dalam, meski demikian tetap terasa cozy waktu membacanya. Masalahnya memang pada akhirnya merembet kemana-mana sampai akhirnya.... ujung-ujungnya... rencana pemberontakan terhadap takhta Firaun. Lumayan untuk dinikmati, karakter Semerket ini cukup menyenangkan sebagai tokoh utama yang diikuti pembaca, hanya saja di sekitar 3 bab terakhir kok rasanya dibuat jadi bodoh sekali. sudah jelas-jelas sampai para pembaca saja tahu siapa otak di balik rencana ini, lha kok Semerket masih belum melihatnya juga....
Karakter yang lain, Nenry, kakak Semerket cukup menyenangkan, namun si pelayan cerdik Keeya lebih mencuri perhatianku walau hanya muncul sejenak-sejenak. Aku suka caranya "menangani" istri Nenry yang bodoh dan pengkhianat itu. Begitu pula karakter Medjay Qar yang banyak membantu Semerket, kecerdikan dan intuisinya sebagai pengawal menyelamatkan Semerket lebih dari sekali dua kali. Kedua Walikota mendapatkan peran yang berimbang, dan twist kecil di akhir kisah cukup mengejutkanku (yeap, aku aja melihat adegan itu dan langsung paham artinya, kok Semerket gak mudheng juga sih?!). Tampilnya karakter Raja Pengemis membuat novel ini punya nuansa gory menyeramkan yang khas. Sedangkan tokoh Naia, si mantan istri Semerket yang bikin galau bukan kepalang malah hilang gaungnya di tengah keramaian pemberontakan. Kalau memang dia bisa membuat Semerket jadi "segila" itu, kok porsi perannya hanya seperti tempelan saja, tidak mencorong atau sedikiiiit saja jadi unsur penting yang membentuk alur cerita.
Endingnya realistis, tidak dipaksakan terlalu berujung bahagia. Kalau menurutku sih, aku lebih setuju keputusan Firaun untuk menolak permintaan Semerket, permintaan yang sedikit banyak cari penyakit, sebuah time-bomb yang tersimpan untuk bertahun-tahun kemudian. Namun ternyata Firaun mengabulkan permintaan itu, yang berarti... sequel novel ini sudah pasti akan ada. ^^
Kota Thebes, dengan pembagian Timur-Baratnya Image Source: here |
Selain menikmati misterinya, membaca novel ini juga banyak menambah pengetahuan tentang peradaban Mesir Kuno dan adat istiadatnya. Mulai dari kebiasaan membangun makam Firaun yang dimulai sejak sang Firaun tersebut menerima tahtanya, hingga pembagian kota (City of the Living dan City of the Dead) gara-gara banyaknya makam dan kuil yang ada. Demikian pula tentang tata pemerintahan dan pelaksanaan hukumnya yang sudah teratur, serta ilmu pengetahuan dan ilmu kedokterannya. Semua ini disajikan enak untuk dibaca. Seep dah!
Untuk edisi Bahasa Indonesianya ini, aku cukup suka dengan terjemahannya. Bahasanya mudah dimengerti dan mengalir, editingnya rapi untuk huruf-huruf besar dan font italic yang diperlukan. Typo ada beberapa kali (h.67 Henry, 146 kelebihan kata atau dan 156 semerket). Juga di hal 89 ada kalimat "Kau memainkan peran yang berbahaya, Brother" aku tidak tahu apakah ini sengaja tidak diterjemahkan atau bagaimana. Aneh saja saat membacanya, sedangkan di beberapa bagian lain Nenry memanggil Semerket "Adikku".
Covernya, aku suka ilustrasinya. Sederhana tapi keren. Jadi gampang membayangkan sosok Semerket.
Buku keduanya berjudul Day of the False King - Hari Raja Palsu, dan settingnya akan berpindak ke Kota Babylonia, alias Irak kuno. Sudah kubaca juga, semoga reviewnya bisa muncul besok. Tungguin ya.... thx.
https://www.goodreads.com/review/show/1623935328
Tidak ada komentar:
Posting Komentar