Judul: Dua Saudara
Judul Asli: Brotherly Love
Pengarang: Jhumpa Lahiri
Penerbit: Penerbit BukuKatta (2014)
ISBN: 978-979-1032-75-9
Jumlah Halaman: 68 halaman
Penerbitan Perdana: 2013
Literary Awards: -
Sinopsis:
Sejak kecil Subhash selalu berhati-hati. Ibunya tak pernah harus berlari mengejarnya. Dia menjadi sahabat sang ibu, melihatnya memasak atau menjahit.
Berbeda dengan Subhash, Udayan sejak kecil sering menghilang, bahkan di dalam rumah berkamar dua tempat mereka tinggal. Dia bersembunyi di bawah tempat tidur, di belakang pintu, bahkan di dalam peti kayu yang berisi selimut musim dingin. Dia juga menyelinap ke halaman belakang dan memanjat pohon. Ini membuat ibu mereka terpaksa menghentikan apa yang sedang dikerjakannya ketika Udayan tak menyahut saat namanya dipanggil.
Ketika mereka sudah agak besar dan diijinkan bermain jauh dari rumah, keduanya diingatkan untuk selalu bersama-sama. Berdua mereka menjelajahi jalan pedesaan yang berliku-liku, melintasi lembah menuju lapangan bermain, tempat mereka sesekali bertemu dengan anak-anak lainnya. Mereka pergi ke masjid di pojokan, duduk di lantai marmernya yang dingin, mendengar pertandingan sepak bola dari radio orang.
Namun orang-orang sering keliru membedakan keduanya. Karena tubuh mereka hampir mirip hingga bisa memakai baju yang sama. Warna kulit keduanya pun sama, campuran warna tembaga terang turunan dari orang tua mereka. Begitu pula dengan bentuk jari, roman wajah yang tajam, dan rambut keriting berombak.
Namun kelak nasib keduanya ternyata begitu bertolak belakang!
Novelet Dua Saudara bercerita tentang dua orang kakak beradik - Subash dan Udayan - yang saat kecil sangat erat, tapi saat dewasa memiliki pandangan hidup dan pandangan politik yang sangat berbeda. Dengan setting Calcutta saat pergerakan kekuasaan Inggris-India-Pakistan-Bangladesh, pengaruh Marxis dari Cina, sekaligus menyentil soal tempat perempuan di masyarakat. Padat berisi tapi tetap humanis. Saat membaca buku ini beberapa bulan lalu sebenarnya adalah perjumpaan pertamaku dengan Jhumpa Lahiri karena setelah membacanya barulah aku melanjutkan dengan karya masterpiecenya Interpreter of Maladies yang memenangkan penghargaan Pulitzer tahun 2000.
Kamu sisi lain dari diriku, Subash. Tanpa dirimu aku bukan siapa-siapa. Jangan pergi. (hal.24)
Dikisahkan dua saudara Subash dan Udayan, sangat mirip dalam penampilan mereka. Meskipun demikian Subash, sang kakak dalam kisah ini digambarkan jauh lebih tenang, bertolak belakang dengan penggambaran si adik, Udayan, yang penuh rasa ingin tahu dan semangat berpetualang. Saat kecil, keduanya dapat sangat kompak, bermain bersama, belajar bersama, melakukan segala sesuatu bersama, bahkan juga saat melakukan keisengan memanjat tembok lapangan golf milik klub elite orang-orang Inggris dekat rumah mereka. Namun beranjak besar, saat dunia mereka makin terbuka, perbedaan antara keduanya juga makin melebar. Setelah menyelesaikan studinya di Universitas, Subash memilih meninggalkan carut-marut negrinya untuk malanjutkan kuliahnya di Amerika, sedangkan Udayan memilih menjadi guru di pinggiran kota Calcutta sambil terjun langsung dalam aksi-aksi politik berhaluan kiri. Subash menganggap Udayan bodoh karena mencoba mengubah sesuatu yang sia-sia, sedangkan Udayan sangat kecewa pada Subash yang tak peduli pada negeri mereka dan rakyatnya yang meskipun telah merdeka namun masih terkungkung apa yang dianggapnya adalah neo-kolonialise Inggris.
Di pertengahan kisah, saat kedua saudara ini terpisah secara fisik, ternyata malah mereka makin dapat memandang kenyataan dari kacamata saudara mereka. Subash di Amerika merindukan negeri India, sedangkan Udayan yang telah jauh terlibat dalam gerakan komunisme justru makin menginginkan kedekatan Subash. Lewat surat-surat yang datang jarang, keduanya justru merasa makin dekat kembali. Saat itulah kenyataan pahit datang menyeruak.
Untuk karakternya sendiri, selain Subash dan Udayan, ada pula Gauri yang mencuri perhatianku. Seorang wanita muda berpendidikan yang memilih meninggalkan tradisi dengan menikahi seorang pria yang dipilihnya sendiri. Sementara sang pria secara sosial tidak banyak mengalami pengucilan. Gauri terpaksa terusir dari seluruh ikatan keluarganya sementara keluarga suaminya juga tidak dapat menerimanya sepenuh hati. Keadaan ini kemudian diperparah dengan kepergian sang suami yang berarti Gauri benar-benar sendirian tanpa ada seorangpun yang mau menerimanya, hingga bahkan anak yang sedang dikandungnya pun telah direncanakan untuk diambil oleh keluarga sang suami yang kemudian hendak mengusirnya. Sebuah nasib paling buruk yang mungkin dihadapi seorang wanita dalam tatanan sosial masyarakat India.
Ending novelet ini bagiku sangatlah happy ending. Separuh diriku mensyukurinya, tapi separuh yang lain berharap sebuah penyelesaian yang lebih realistis. Bahkan percakapan Subash-Gauri di akhir kisah yang dibuat menggantung malah terasa lebay dibandingkan isi novelnya yang punya makna sangat dalam. Aku jauh lebih suka ending-ending di kumcer Interpreter of Maladies yang tidak selalu berakhir bahagia, namun juga tidak membuat depresi.
Dari empat novelet seri sastra terjemahan yang diterbitkan BukuKatta, novelet inilah yang paling kusukai. Latar budaya India yang kental ditambah setting waktu tahun 1960-an yang merupakan waktu paling bergejolak di semenanjung India yang berakhir dengan lahirnya tiga negara sekandung India-Pakistan-Bangladesh mengingatkanku pada setting yang sama dengan Midnight Children-nya Salman Rushie. Novelet ini, meskipun pendek mampu memperlihatkan sisi kemanusiaan sebuah keluarga di masa-masa tersebut.
Edisi terjemahan ini sangat enak dibaca dan bersih typo. Cetakannya jelas. Penterjemahannya judulnya juga terasa pas. Covernya aku suka sekali. Sangat puitis. Dua helai daun yang jatuh, satu menghadap ke atas sedang satunya jatuh telungkup. Ah...
Sedikit catatan, data novelet ini di GoodReads ternyata ter-combine dengan novel The Lowland. Tapi dari sedikit lihat-lihat di sana-sini, ternyata ini adalah dua hal yang berbeda. Dua Saudara diterjemahkan dari Brotherly Love, sebuah cerpen yang dimuat di media The New Yorker tanggal 10 Juni 2013 dan bisa dibaca di sini. Sedangkan The Lowland adalah novel utuh (300-an halaman) yang diterbitkan pertama kali Alfred A. Knopf and Random House di bulan September 2013 dan dinominasikan berbagai penghargaan seperti Man Booker Prize (Nominee - 2013), National Book Award (Nominee for Fiction - 2013), termasuk pula Goodreads Choice Nominee for Fiction tahun 2013. Jadi meskipun dasar kisahnya sama, tapi Novel The Lowland adalah pengembangan dari Novelet Dua Saudara.
*jadi pengin baca novel The Lowland ini deh*
Posting ini dipublikasikan dalam rangka mengikuti event
Baca dan Posting Bareng BBI
Bulan: Desember 2014 - Tema Seri Sastra BukuKatta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar