Jumat, 27 September 2013

Rencana Besar


Judul: Rencana Besar
Pengarang: Tsugaeda
Penerbit: Bentang Pustaka (2013)
ISBN: 9786027888654
Jumlah Halaman: 384 halaman
Penerbitan Perdana: 2013






Dari sinopsis:
Lenyapnya uang 17 miliar rupiah dari pembukuan Universal Bank of Indonesia menyeret tiga nama ke dalam daftar tersangka. Seorang penghancur, seorang pembangun, dan seorang pemikir dengan motifnya masing-masing. Penyelidikan serius dilakukan dari balik selubung demi melindungi reputasi UBI. 
Akan tetapi, bagaimana jika kasus tersebut hanyalah awal dari sebuah skenario besar? Keping domino pertama yang sengaja dijatuhkan seseorang untuk menciptakan serangkaian kejadian. Tak terelakkan, keping demi keping berjatuhan, mengusik sebuah sistem yang mapan, tetapi usang dan penuh kebobrokan...

Ketika membaca sinopsisnya pertama kali, satu hal yang terlintas di benak. 'Oh, jadi ini maunya jadi novel thriller asli Indonesia. Sinopsisnya sih bagus, gimana bukunya ya?!?'. Beruntunglah diriku karena tidak lama setelah itu aku mendapatkan buku ini gratis lewat sebuah giveaway yang diadakan penulisnya, @tsugaeda di twitter dan tidak sampai dua hari kemudian, buku sudah di tangan, siap untuk dibaca.

Sejak halaman pertama dibuka, novel ini sungguh-sungguh sangat sulit untuk diletakkan kembali.....


Di awal kisah, kita diperkenalkan pada Makarim Ghanim, pendiri dan pemilik Makarim G. and Co, sebuah perusahaan konsultan tersohor yang bergerak di bidang manajemen sumber daya. Makarim ini seorang pria paruh baya tipe kantoran yang sukses dan profesional, dengan sedikit masalah di kehidupan keluarganya. Saat itu, Makarim dimintai pertolongan oleh teman lamanya, Agung Suditama - seorang anggota dewan direksi Universal Bank of Indonesia, untuk melacak siapa pelaku hilangnya dana Rp 17M dari neraca bank tersebut. Karena sensitifnya hal tersebut terhadap reputasi UBI, maka semuanya harus dilakukan secara tersamar, tanpa polisi ataupun detektif, bahkan tidak juga melibatkan penyelidik/audit internal bank. Sebagai jalan alternatif, Agung memilih memakai jasa Makarim (hanya Makarim, bukan Makarim G. and Co.) untuk menganalisis tiga orang tersangka utama dari sudut pandang seorang pakar sumber daya manusia. Sedangkan bagi Makarim, selain iming-iming cek Rp 2M (plus jumlah yang sama setelah laporan akhir), tugas 'tak biasa' ini dianggapnya sebagai selingan di antara kerja rutinnya dan kehidupan pribadinya yang sedang berantakan, liburan singkat yang menghasilkan.

Setting berpindah ke Surabaya, kota tempat kecurigaan raibnya dana sekian M itu bermula. Di sini kita berkenalan dengan Reza Ramaditya, Rifad Akbar dan Amanda Suseno, tiga orang yang paling dicurigai telah mengakali sistem pembukuan bank. Ketiganya sama sekali tipe-tipe orang yang berbeda. Reza adalah tipe pemikir yang tenang, tapi bukankah kata orang tipe air tenang seperti ini justru berbahaya, mampu menghanyutkan tanpa disangka-sangka. Rifad adalah tipe orang yang berapi-api. Segalanya tentang dirinya gamblang, jelas dan keras, seperti juga keterlibatannya dalam menggalang aksi serikat pekerja dalam menuntut kesejahteraan karyawan. Yang jadi pertanyaan besar, dari mana sumber dana aksi-aksi tersebut? Amanda adalah tipe pegawai teladan. Datang paling pagi, pulang paling akhir, kerja paling sukses. Disukai teman dan dibanggakan atasan. Seorang loyalis perusahaan sejati. Tapi sangat besar kemungkinan penggelapan terjadi karena adanya kesempatan, dan Amanda jelas punya banyak kesempatan?

Dari hasil selidak-selidik kesana-sini, Makarim mendapatkan satu benang merah yang menghubungkan ketiga orang ini dalam sebuah tragedi. Namun bukannya semakin memperjelas, keadaan justru menjadi makin rumit bagi Makarim. Dikonfrontasi tentang tragedi ini, Reza makin menutup diri, Rifad menuduh Amanda pengecut, sebaliknya bagi Amanda, Rifad itu seorang pengacau. Lalu yang mana menurut analisis Makarim orang yang mampu melakukan penipuan sebagai peringatan terhadap UBI. Justru saat Makarim telah menuliskan laporan akhirnya, kasus ini melesat menuju arah yang sama sekali berbeda. Makarim harus segera kembali ke Jakarta, sebelum aksi buruh pecah di depan kantor pusat UBI, dan akan ada lebih dari satu nyawa jadi tumbalnya.


Pfiuuu.... nggak nyangka, alur kisah ini akan dipelintir ke arah yang sama sekali lain, nggak nyangka juga kalau karakter-karakter tokohnya akan bertindak seperti itu (terutama Amanda dan pistolnya, kereen!), dan nggak nyangka kalau endingnya bakal seperti itu. Di tengah-tengah buku, saat Makarim siap untuk menyerahkan laporan akhirnya, terus-terang aku sedikit kecewa. Yah... cuman begini, gampang sekali. Tapi ternyata, itu memang baru setengah cerita. Keseruan yang mengikutinya benar-benar tidak terduga. Sedikit lebai dengan Makarim mengikuti adegan culik-menculik dan gebuk-menggebuk (bagiku), tapi kemudian satu persatu kepingan puzzle yang ada jatuh di tempat yang semestinya. Teka-teki rencana besar apa yang sebenarnya sedang dimainkan, dan yang terpenting siapa dalangnya, terjawab dengan sangat apik.

Sudah lama sekali sejak aku membaca novel thriller yang benar-benar menegangkan dan memiliki kejutan alur di akhirnya, apalagi yang berasal dari penulis dalam negeri sendiri. Novel Rencana Besar ini sungguh sangat recommended. Yang paling aku sukai di sini adalah karakteristik tokoh-tokohnya yang terbangun dengan kuat dan manusiawi. Baik Makarim, Reza, Rifad dan Amanda, semuanya digambarkan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dengan latar belakang yang cukup untuk menjelaskan tindakan-tindakan yang mereka ambil saat itu. Mungkin sedikit terlalu pas (Reza pemikir, Rifad penghancur, Amanda pembangun) tapi itu malah membuat kisahnya menarik. Selain itu detail-detail cerita yang rapi juga sangat mencuri perhatian; puntiran cerita di akhir kisah, sebenarnya telah disinggung di awal, penggalan-penggalan alur flash back-nya yang diatur untuk melengkapi alur utamanya, adegan-adegan kecil seperti gelang akar yang dipakai Rifad, umpan dana sumbangan Reza, dan lain sebagainya, semuanya menandakan kematangan novel ini sebagai novel thriller.

Yang sedikit melenceng dalam hal detail hanya satu hal kurasa, yaitu tentang Pak Supir Romi. Di awal perjumpaan dengan Makarim ia menceritakan tentang tiba-tiba ditariknya dirinya dari tugas supir kontrak UBI. Seharusnya ini ada arti pentingnya, tapi ternyata tidak. Kalau tidak salah mengerti, Pak Romi ini saat kejadian Ayumi, bertindak sebagai sopirnya Amanda. Jika memang itu yang terjadi, apakah Pak Romi mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya ia ketahui, atau menjadi saksi suatu kejadian tanpa disadarinya? Apakah itu? Siapa yang kemudian memutuskan kontrak kerjanya dengan UBI. Apakah Amanda sendiri atau ada orang lain? Agung mungkin, atau malah Reza? Tidak begitu jelas. Demikian pula siapa yang mengatur Pak Romi ini menjadi sopir sementara Makarim. Kebetulan sajakah? (yang berarti saaaaangat kebetulan!) Atau ini juga ada dalangnya?

Lalu untuk bagian paliiing awal, prolog cerita, siapa ya kedua orang itu? Kalau menurutku itu adalah Amanda dan Rifad - yang kejadiannya setelah kematian Ayumi, tapi menurut temanku yang juga sedang membacanya, itu adalah Ayumi dan Reza sebelum Ayumi pergi ke Singapura pertama kalinya. Yang mana ya kira-kira yang benar? Tidak ada penjelasan lebih lanjutnya, bikin penasaran nih, seperti gatal yang belum tergaruk :p



***


Tentang bukunya sendiri, covernya aku suka. Warna merah marun dengan ilustrasi timbul boneka marionettes sederhana dengan puppeteer yang hanya tampak tangannya saja. Sangat cocok dengan isi ceritanya. Gaya bahasa yang digunakan lugas dan tidak berbunga-bunga. Penceritaannya juga mengalir dan cukup terjaga tempo dan ketegangannya, hanya saja pembaca harus berhati-hati membaca setting waktu yang diberikan di setiap awal bab agar tidak kebingungan terhadap alurnya. Typo tidak ketemu. Seep. Untuk sebuah novel debut, bintang 4 setengah rela kuberikan. (karena GR gak ada setengah, ya jadinya tercatat 4-nya saja). Sukses untuk novel ini dan novel-novel berikutnya!



Nb: Juga karena saya bukan orang perbankan, kebocoran uang Rp 17 M itu sebenarnya sedikit membingungkan saya. Maksud saya jika neraca pengeluaran dan pemasukan sudah seimbang, bagaimana bisa bocor. Kalau 4+3 = 5+2 ya berarti sudah pas to? Kenapa bisa diraibkan seperti itu. Wah jadi curiga ini, main sulapnya orang perbankan mengerikan ternyata... #eh #sembarangannuduh ^_^




http://www.goodreads.com/review/show/717557239

1 komentar:

  1. Wooow. Jarang ya novel thriller Indonesia (yang bagus?). Di GR ratingnya bagus, dan habis baca review ini jadi pengen beli juga.

    Makasih, review-nyaa. :D

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget