Kamis, 11 Desember 2014

The Silkworm - Ulat Sutra


Judul: Ulat Sutra
Judul Asli: The Silkworm
Seri: Cormoran Strike #2
Pengarang: Robert Galbraith
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2014)
ISBN: 978-602-03-0981-1
Jumlah Halaman: 536 halaman
Penerbitan Perdana: 2014



Sinopsis:
Seorang novelis bernama Owen Quine menghilang. Sang istri mengira suaminya hanya pergi tanpa pamit selama beberapa hari—seperti yang sering dia lakukan sebelumnya— lalu meminta Cormoran Strike untuk menemukan dan membawanya pulang.

Namun, ketika Strike memulai penyelidikan, dia mendapati bahwa perihal menghilangnya Quine tidak sesederhana yang disangka istrinya. Novelis itu baru saja menyelesaikan naskah yang menghujat orang banyak—yang berarti ada banyak orang yang ingin Quine dilenyapkan.

Kemudian mayat Quine ditemukan dalam kondisi ganjil dengan bukti-bukti telah dibunuh secara brutal. Kali ini Strike berhadapan dengan pembunuh keji, yang mendedikasikan waktu dan pikiran untuk merancang pembunuhan yang biadab tak terkira.

Oh wow, sekali lagi angkat dua jempol buat JKR... eh Galbraith deng.... ^^

Kasus ini, jika dibandingkan kasus Cuckoo's Calling sebelumnya, akan terasa lebih gory dan sadis. Gory menyeramkannya bukan hanya dalam cara membunuh korbannya, melainkan lebih pada metafora-metafora psikologis dan tentang skandal-skandal kehidupan karakter-karakter yang berperan. Semuanya dituliskan dalam novel Bombyx Mory, yang jadi biang keladi semua masalah yg terjadi. Pokoknya, meskipun tidak ditunjukkan secara vulgar menjijikan, tetapi terasa sekali bahwa jalan pikiran Si Ulat Sutra ini benar-benar JAHAT. Namun untuk perkembangan karakterisasi tokoh-tokohnya, terasa jauh lebih baik di sini dan kadar misterinya pun lebih gelap dan misterius.




* * *


Setengah tahun setelah kasus Lula Landry yang mengangkat namanya, Cormoran Strike mulai dilanda kebosanan. Kasus-kasus yang datang ke kantor detektifnya hanyalah kasus-kasus remeh, kebanyakan tentang perselingkuhan dan penipuan yang membuatnya hanya melakukan tugas-tugas rutin dan pengintaian panjang nan membosankan - meskipun semua itu mampu membuat kondisi keuangannya jauh lebih membaik. Sampai suatu saat, datanglah Leonora, seorang istri novelis bernama Owen Quine yang menghilang dan meminta Cormoran mencarinya. Awalnya diduga Quine ini hanya kesal setelah karya terakhirnya ditolak penerbit dan pergi menenangkan diri sementara waktu. Namun anehnya, tokoh-tokoh yang terlibat dengannya, saat diwawancarai mengira dia sedang menyelidiki Quine dalam hal lain. Usut punya usut, terungkap bahwa manuskrip terakhir Quine yang berjudul Bombyx Mori ini ternyata mengumbar kebobrokan kehidupan pribadi banyak orang, dan membuat mereka-mereka yang digambarkan di situ blingsatan seperti cacing kepanasan. Sementara beberapa orang berusaha menggagalkan penerbitan novel ini lewat intimidasi jalur hukum, beberapa yang lain lewat jalur media, Cormoran berfirasat ada orang yang diam-diam telah bertindak lebih jauh. Benarlah, tak lama kemudian Cormoran mampu menemukan mayat Quine dalam kondisi sangat mengenaskan.

Karena berbagai hal yang memberatkan, kecurigaan polisi jatuh pada sang istri. Berkali-kali Cormoran mengungkapkan keberatan akan kasus itu pada si Detektif Anstis yang mengepalai penyelidikan, namun jelas Cormoran Strike bukanlah tokoh favorit kepolisian setelah dia mempermalukan mereka dalam kasus Landry. Harapan Leonora Quine hanya pada Cormoran untuk membuktikan ketidak-bersalahannya, dan untuk itu Cormoran harus benar-benar membaca dan memahami semua metafora surealis dalam Bombyx Mori hingga ke dasar-dasarnya dan menjebak si pembunuh dalam permainannya sendiri.


* * *


Satu hal yang paling kusukai dari penulis buku ini adalah kemampuannya untuk memasukkan semua fakta dan detail-detail penting cerita sejak awal buku. Lalu semuanya membentuk jalinan misteri yang benar-benar rapi, dengan petunjuk-petunjuk yg bertebaran, tapi tetap tersamar dan berantakan seperti potongan-potongan puzzle yang belum diatur. Kemudian perlahan-lahan makin jelas, sampai adegan klimaks yang seru, yang di buku ini mengingatkan pada cara Papa Poirot yg mengumpulkan semua tokoh yang terlibat sebelum membuka kedok si pembunuh.

Berbeda dengan di buku pertamanya yang endingnya tiba-tiba datang tak terduga, di sini menjelang akhir, disebutkan dengan jelas bahwa Cormoran sudah tahu siapa pembunuhnya, bahkan mengajak Robin, serta beberapa karakter lain untuk mempersiapkan panggung untuk menjebak dan menangkap si pembunuh. Bagusnya ini memang menggiring pembaca untuk benar-benar mengantisipasi kejadian berikutnya, namun untukku ini kok malah sedikit mengurangi nikmatnya kejutan sajian misteri yang diberikan

Selain kisahnya sendiri, aku juga menyukai banyaknya karakter-karakter minor yang muncul di sekeliling Cormoran, yang semakin mengisi kompleksitas sisi kemanusiaannya. Selain tokoh Lucy -adik kandung Cormoran- dan Charlotte -si milady sinting, bekas tunangan super menyebalkan- keduanya telah muncul di buku pertama, di sini juga ada Nick dan Ilsa, pasangan sahabat lama Cormoran yang banyak membuka kisah-kisah lama mereka, sehingga pembaca seakan-akan juga berkenalan dengan tokoh Cormoran muda. Ada pula Dave Polworth yang memberikan sekelumit kisah masa kecil Cormoran, Muncul juga Alex Rokeby, kakak tirinya, yang memberikan sisi kisah Cormoran saat dia ditolak dan menolak berhubungan dengan ayah kandungnya. Penokohan Cormoran Strike semakin lengkap, lapis demi lapis kepribadian tersemat dengan sangat apik.

Sedangkan untuk tokoh Robin, ia juga semakin mencuri perhatian dengan ketrampilan-ketrampilan yang tak terduga-duga, meskipun kadang bikin bosan kalau sedang galau masalah tunangannya. Ending yang sedikit menggoda diberikan di halaman akhir buku ini, membuatku menduga-duga apa yang akan terjadi antara Cormoran-Robin di buku-buku selanjutnya. Yup Robin... aku setuju, Lightning Strike itu julukan yang pas buangeddd.


Ada satu tokoh penulis dalam kisah ini yang mencuri perhatianku *in every bad way*, dan dia adalah Michael Fancourt. Selain benar-benar menjadi karakter yang menyebalkan sepanjang buku ini, ada satu kutipan darinya yang membuatku jadi ingin tertawa getir...
"Saya mengatakan bahwa para penulis perempuan yang paling berhasil, hampir tanpa terkecuali, tidak memiliki anak. Fakta. Dan saya mengatakan bahwa perempuan pada umumnya, dengan semangat baik dalam hasrat mereka untuk menjadi ibu, tidak mampu memberikan konsentrasi tak terbelah yang merupakan keharusan bagi siapa pun dalam penciptaan karya sastra." (hal.352)
Aku jadi menduga-duga, mengapa JKR menuliskan ini, mengingat beliau berhasil menulis seri HP tepat setelah melahirkan dan sedang bersusah payah membesarkan anak pertamanya *bahkan di salah satu kisah biografinya yang kubaca entah di mana, putrinya inilah yang menjadi dorongan utamanya dalam menulis saat itu*. Apakah karakter Fancourt ini diilhami tokoh nyata yang pernah ditemuinya dan telah meragukannya dengat teramat sangat? Atau ada alasan lain yang mendasarinya? Yang pasti JKR menurutku adalah salah satu penulis perempuan favoritku dan tentu saja penulis yang paling berhasil. :)


* * *

Edisi terjemahan Bahasa Indonesianya ini bersih typo dan pada umumnya lancar terjemahan dan enak dibaca. Tapi kadang-kadang, untuk kalimat yang panjang, perlu dibaca berulang kali untuk dimengerti. Misalnya kalimat ini, yang sampai sekarangpun masih sulit kupahami artinya.
"Alih-alih mencela diri sendiri karena kebodohannya ketika sang tokoh menyadari bahwa dia hanya membayangkan istrinya hingga menjadi, dia menghukum wanita sungguhan yang adalah darah daging, yang dia yakin telah mengelabuinya." (hal.349)

Untuk seri ilustrasi covernya, aku suka sekali: Cormoran tampak punggung, pagar besi, gedung di kejauhan, tiang lampu. Semoga bertahan sampai seri-seri berikutnya...



https://www.goodreads.com/review/show/1116788107

5 komentar:

  1. Kemarin ditawarin ini sama gramedia. Tapi, berhubung belum sempet baca the cuckoo's calling, nggak berani ambil dulu. Ada yang bilang buku pertama nggak enak dibacanya. Entah karena terjemahan atau fontnya yg terlalu kecil dan rapat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. buku pertamanya memang banyak yg bilang terjemahannya "lucu" terutama masalah deskripsi rambut si Cormoran itu #ngakakdulu tapi setelah kubaca lagi versi aslinya, memang begitu sih. lalu kalimat-kalimat panjangnya... ya seperti yg kubilang di atas, ada beberapa yg menurutku lost in translation, ehhmm no, shifted in translation. *baca versi english-nya baru mudheng maksud kalimat di atas*
      tapi mungkin aku terlalu suka dengan ceritanya kalee ya, jadi gak merasa sangat terganggu dengan itu.

      Hapus
  2. Buku bantal ya mbk, si kukuk masih ditimbunan wkwk tar klo udah kelar, pinjem yang ini yah hihihi

    BalasHapus
  3. cuckoo bagus kok...yang bikin jelek terjemahannya, agak sedikit mengganggu...hehe...
    The silkworm belum sempat baca sih tp kalau baca review nya bagus, thumbs up buat J.K Rowling

    BalasHapus
  4. Kemaren baru baca ulang tiga buku ini. Menurut gue,
    1. Cuckoo bagus tapi belom wow. Masi standar crime novel pada umumnya dan plotnya aga tralu lambat. Tapi ini justru yg gw ganyangka pelakunya :(
    2. Silkworm keren banget. Paling suka yg ini soalnya ga drama dan dark bgt. Pelaku sama hipotesis awal dan motif : matched!
    3. Career of Evil.. SAKIT! Bikin emosi jiwa - semua tersangkanya layak dipenjara! Trus yg parah,although ketebak dr awal siapa pelakunya, plot twistnya bikin nganga lah.

    Katanya bakal ada 6 buku lagi nih. Moga2 ga dibuat nunggu lama2. Bikin nyandu ni series.. Hehe 😊

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget