Minggu, 29 Maret 2015

Harun dan Samudra Dongeng


Judul: Harun dan Samudra Dongeng
Judul Asli: Haroun and the Sea of Stories
Seri: Khalifa Brothers #1
Pengarang: Salman Rushdie
Penerbit: Serambi (2011)
ISBN: 978-979-02-4363-7
Jumlah Halaman: 288 halaman
Penerbitan Perdana: 1990
Literary Awards: Mythopoeic Fantasy Award for Children's Literature (1992)


Sinopsis
Ayah Harun adalah pendongeng terhebat yang pernah ada. Kisah-kisah ajaibnya mampu membawa kegembiraan bagi pen-duduk kota sedih Alifbay. Namun, pada suatu hari yang menyedihkan, sang ayah kehilangan kemampuan mendongengnya.

Harun bertekad mengembalikan bakat mendongeng ayahnya. Dengan bantuan seekor Burung Bulbul ajaib, ia terbang menuju Samudra Dongeng mengawali sebuah petualangan yang seru dan menakjubkan.

Di permukaannya novel anak-anak ini menyajikan sebuah petualangan ajaib bak Alice in the Wonderland dengan setting kisah mirip dongeng-dongeng 1001 Malam. Namun jika ditelaah lebih dalam, berbagai metafora kehidupan bermunculan dengan lantang, bersidekap dengan kegetiran sebuah kehidupan pelarian yang dijalankan pengarangnya sejak penerbitan novel kontoversialnya.



Dikisahkan, Rasyid Khalifa, ayah Harun adalah pendongeng ternama, si Raja Omong Kosong yang tinggal di Negri Alifbay (alifbay=alfabet), di sebuah kota yang sangat sedih sehingga lupa namanya sendiri. Si pendongeng terkenal karena keceriaannya di seantero kota yang tak bahagia itu, dan arus dongengnya tak kunjung habis.

Namun suatu hari, dalam sebuah tragedi kehidupannya, Rasyid kehilangan kata-kata.

Dengan suatu kebetulan ini itu, Harun dan Rasyid, terperosok ke dalam lubang kelinci terbang ke bulan Kahani (kahani= cerita/dongeng) menaiki burung bulbul mekanis PTRD -Proses Terlalu Rumit 'tuk Diterangkan- lalu terjebak dalam peperangan antara Negeri Siang dan Negeri Malam. Penguasa Negeri Malam Queen of Hearts Khattam-Shud (Khattam= tamat/selesai) adalah musuh utama dari segala cerita. Jika bala tentara Negeri Siang adalah Pasukan Kitab, maka pengawal fanatik Khattam-Shud adalah  sekelompok orang yang bersumpah menutup mulut mereka, para pemuja Bezaban (Bezaban=tak berlidah). Jika kota Negeri Siang bernama Gup (Gup=omong kosong) maka kota Negri malam adalah Chup (Chup=diam).

Khattam-Shud dan para pengawalnya ternyata sedang meracuni sumber Samudra Dongeng. Ia malah telah memformulasikan sebuah racun ampuh yang mampu 'menghabisi' setiap kisah.

"Untuk setiap dongeng ada antidongeng....
Untuk menghancurkan cerita bahagia, kau mesti membuatnya jadi menyedihkan.
Untuk menghancurkan drama laga, kau mesti membuatnya menjadi sangat lambat.
Untuk menghancurkan kisah misteri, kau mesti membuat penjahatnya mudah ditebak, bahkan oleh orang bodoh sekalipun.
Untuk menghancurkan dongeng cinta, kau membuatnya menjadi drama kebencian.
Untuk menghancurkan kisah tragedi kau mesti membuatnya menjadi lawakan lucu dan menggelikan."

Mengerikan. Tidak bisa kubayangkan jika semua dongeng teracuni seperti itu.

"Tapi mengapa kau begitu membeci dongeng? Dongeng itu menyenangkan..."

"Dunia ini bukan untuk bersenang-senang. Kehidupan di dunia ini adalah Pengendalian. 
Dan di dalam cerita, di dalam setiap Arus Samudra Dongeng, ada sebuah dunia, Dunia Dongeng, yang tak bisa kuatur sama sekali. Itu alasannya!"

Aaahh... jadi ini intinya, Si Khattam-Shud ini adalah tiran sejati, yang ingin mengatur kehidupan semua orang....

Selain menyisipkan lapisan-lapisan kritik terhadap penguasa dalam dongeng ini, ia juga menyuarakan kebebasan bersuara, antara lain dengan penggambaran pasukan Kitab dan tentara Chup. Di tengah-tengan pasukan Kitab (yang terbagi-bagi dalam Jilid, Bab dan Halaman) semua anggotanya boleh berpendapat dan dikisahkan ini merupakan keuntungan strategis melawan tentara Chup, yang "kebiasaan berahasianya membuat mereka saling curiga dan tidak percaya satu sama lain."

Untungnya, kisah ini berakhir bahagia. Meskipun dengan semua usaha untuk meracuni dongeng dan mendiamkan aliran kisah, Samudra Dongeng bertahan dan terbaharui, dan terus mengalir jernih dan ajaib selamanya.

Hal lain dari novel ini, pengarangnya juga banyak memainkan pun kata-kata untuk nama-nama dan istilah-istilah, seperti terlihat di atas. Ia juga banyak mengambil nama-nama tokoh, seperti nama Harun dan Rasyid (Haroun al-Rasyid) atau dalam kekehan si ikan banyak mulut, "gogogol" dan "kafkafka".



Untuk edisi bahasa Indonesia ini, diterjemahkan dengan cukup bagus oleh Penerbit Serambi. Kalimat-kalimatnya mengalir lancar dan enak dibaca. Typo tidak kutemui. Namun seperti yang kusebutkan di atas, si pengarang banyak memainkan pun kata-kata dalam novel ini, dan tidak semuanya terserap dalam bahasa Indonesia tanpa menghilangkan kejenakaannya. Misalnya saja kalimat ...a mournful sea full of glumfish, (glumfish = ikan murung, tapi glumfish sounds like goldfish). Atau nama Dull Lake (dull lake = danau membosankan, tapi Dull Lake sounds like Dal Lake, sebuah danau di wilayah Kashmir). Tapi secara umum, aku tetap menyukai terjemahannya, dan salut untuk penerjemahnya.  *memang sulit sih, menterjemahkan seperti ini* *sadar*

Covernya aku juga suka. Mungkin sedikit gloomy untuk buku anak-anak, tapi ilustrasinya indah dan aku suka dominasi warna biru di samudra dan langit berbintangnya.

Jadi ingin baca seri selanjutnya juga, Luka dan Api Kehidupan, yang juga diterjemahkan oleh penerbit yang sama.






https://www.goodreads.com/review/show/1231254855


Review ini diposting dalam rangka event 
Around the Genres in 30 Days
Kelompok Genre Science Fiction and Fantasy






4 komentar:

  1. Buku ini masih nangkring di rak timbunan >.<

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku sdh agak lama nyari buku ini, jadinya pas dapet ya langsuuuung read & review. gak mengecewakan kok. dan jauh lebih ringan drpd midnight's children :D

      Hapus
  2. Balasan
    1. hehe...seep. cuma memang agak sulit nyarinya di tokbuk. kalau mau bisa dicoba di beberapa tokbuk online yg punya stok buku2 agak lama atau lgs ke penerbitnya.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget