Sabtu, 04 Juli 2015

Dunia Tanpa Pangeran


Judul: Dunia Tanpa Pangeran
Judul Asli: A World Without Princes
Seri: The School of Good and Evil #2
Pengarang: Soman Chainani
Penerbit: Bhuana Sastra (2015)
ISBN: 9786022499497
Jumlah Halaman: 512 halaman
Penerbitan Perdana: 2014



Lihat sinopsis
Sophie dan Agatha telah berhasil pulang ke Gavaldon, menjalani "bahagia selamanya" versi mereka. Namun, hidup tak seperti dongeng yang mereka harapkan.

Agatha diam-diam berharap seandainya ia memilih akhir bahagia yang lain bersama pangerannya. Permohonan rahasia itu membuka kembali pintu menuju Sekolah Kebaikan dan Kejahatan. Tak disangka, dunia yang dulu pernah ia ketahui bersama Sophie ternyata telah berubah.

Penyihir dan putri, tukang tenung dan pangeran, bukan lagi musuh. Ikatan baru telah terbentuk, menghancurkan hubungan lama. Namun dibalik hubungan yang rumit antara Kebaikan dan Kejahatan ini, perang sedang dipersiapkan. Musuh yang sangat berbahaya tersembunyi dibalik topeng wajah yang mereka kenal. Saat Agatha dan Spohie berjuang untuk memulihkan kedamaian, sebuah ancaman tak terduga bisa menghancurkan segalanya dan semua orang yang mereka cintai. Kali ini, ancaman itu datang dari dalam diri mereka sendiri.

Di akhir buku pertama dulu dikisahkan akhirnya Sophie dan Agatha berhasil pulang ke desa  mereka. Buku keduanya ini menyambung kisah tersebut sekitar setahun setelah kepulangan mereka. Eforia penduduk desa menyambut mereka sudah menyurut. Sihir keduanya juga sudah tak bisa digunakan. Patung-patung Sophie dan Agatha (yang dibuat oleh penduduk desa untuk menyambut satu-satunya, eh salah, kedua-duanya orang yang berhasil selamat dari penculikan negeri dongeng) sudah mulai dekil oleh kotoran burung. Agatha tidak begitu peduli dengan itu semua, sudah kembali tinggal bersama ibunya di dekat pemakaman. Meski begitu, diam-diam ia masih bertanya-tanya tentang kisah Tedros yang ia tinggalkan di negeri dongeng. Sedangkan Sophie... yah Sophie masih kenes, masih berusaha menjadi pusat perhatian di mana pun ia berada, tapi kini malah menghadapi masalah yang paling dibencinya, sang ayah benar-benar hendak menikahi kekasihnya, sahabat ibu Sophie sendiri.

Lalu di suatu malam berhujan, Sophie dan Agatha sama-sama membuat permintaan. Sophie meneriakkan harapannya di depan nisan sang Ibu, sementara Agatha diam-diam menggumamkan hasratnya pada gelap malam. Kemudian semuanya berubah....


Keduanya terseret kembali ke negeri dongeng, dan terkejut mendapati segalanya berubah. Tak ada lagi Sekolah Kebaikan dan Kejahatan. Tak ada lagi putri dan penyihir, pangeran dan penjahat. Yang ada hanya kekacauan kisah, ketidakpastian arah cerita, dan ketidakpercayaan yang merajalela. Dongeng-dongeng direvisi, penuh dengan semangat feminitas super maksimum (paling ngakak lihat judul dongeng edisi revisi: Snow White, Life after Divorce). Tapi di balik itu semua, terasa samar-samar kekuatan jahat sedang menjalankan rencananya. Agatha benar-benar tak tahu siapa yang harus dipercaya atau dihindari, tak tahu bagaimana memilah sejarah negeri dongeng dari versi-versi revisinya, tak tahu cara menghadapi penjahat yang sudah tampak di depan mata. Sementara itu Tedros juga sedang menghadapi perangnya sendiri di antara para pangeran dan penjahat. Ia tak tahu harus mempercayai Agatha atau membencinya, dan pada saat yang sama, seorang sahabat sejati muncul dan membantunya lagi dan lagi. Seorang sahabat yang mengulurkan senyum hangat bernama Filip.

Sophie dan Agatha. Sophie dan Tedros. Agatha dan Tedros. Ketiganya sama-sama tak sadar mereka terjerumus memainkan peran tragis dalam kisah yang diatur Sang Guru dari balik kuburnya.


Setelah cukup lama menunggu terbitnya buku kedua ini dan beberapa kali mencari di tokbuk tapi katanya belum datang dari penerbit, akhirnya aku menghabiskan novel bantal ini hanya dalam dua hari saja. Ceritanya mengalir ringan meski isinya cukup padat dengan intrik dan pengkhianatan. Jika di buku #1 di awal-awal kisah aku sering jengkel pada Sophie yang seenaknya sendiri dan Agatha yang mati-matian membelanya, maka di buku #2 ini yang terjadi adalah sebaliknya, Agatha yang curiga setengah hati jadi menjengkelkan sementara Sophie mati-matian berusaha melawan sifat jahatnya sendirian. Aku jadi teringat pada quote di salah satu drakor favoritku,
       "Antara cinta dan kepercayaan dan harapan, mana yang lebih penting?" 
       "Yang paling penting adalah 'dan'. Mana mungkin cinta langgeng tanpa ada kepercayaan dan harapan."

Dan itulah yang benar-benar terjadi antara Agatha-Sophie-Tedros. Agatha tidak cukup mempercayai Sophie. Tedros tidak cukup mempercayai Agatha. Agatha dan Sophie masing-masing punya harapan yang berbeda. Fiuuuhh.... Pantas saja kisah ini berakhir tragis.... #bukanspoiler XD


Aahhh... sudahlah... buku ketiganya baru akan terbit bulan Juli ini, jadi kira-kira 6 bulan lagi baru ada versi bahasa Indonesianya *berharap* Semoga saja kisah negeri dongeng ini kelak akan berakhir bahagia *berharap lagi* Tampaknya memang sulit punya negeri dongeng yang tanpa pangeran. Semoga Tedros bisa jadi pahlawan yang menyelamatkan Agatha DAN Sophie di buku selanjutnya *berharap lagi* * butuh banyak bintang jatuh malam ini*   :))





https://www.goodreads.com/review/show/1319751277

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget