Judul: The Wind Leading to Love
Judul Asli: 風待ちのひと - Kaze-machi no Hito
Pengarang: 伊吹有喜 - Ibuki Yuki
Penerbit: Penerbit Haru (2015)
ISBN: 9786027742475
Jumlah Halaman: 342 halaman
Penerbitan Perdana: 2009
Lihat sinopsis
Rasa sakit itu merupakan bukti kalau kita masih hidup.
Suga Tetsuji depresi. Menuruti saran dokter, dia mengasingkan diri di sebuah kota pesisir, di sebuah rumah peninggalan ibunya. Namun, yang menantinya bukanlah ketenangan, tapi seorang wanita yang banyak omong dan suka ikut campur bernama Fukui Kimiko.
Fukui Kimiko kehilangan anak dan suaminya, dan menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab kematian mereka berdua. Dia menganggap dirinya tidak pantas untuk berbahagia.
Setelah menyelamatkan Tetsuji yang nyaris tenggelam, Kimiko menawarkan bantuan pada pria itu untuk membereskan rumah peninggalan ibunya agar layak jual. Sebagai gantinya, wanita itu meminta Tetsuji mengajarinya musik klasik, dunia yang disukai anaknya.
Mereka berdua semakin dekat, tapi….
Ini cerita cinta orang-orang dewasa, yang sudah ruwet dipenuhi tanggung jawab dan dibebani rasa sesal serta kelelahan. cinta bukan lagi sesuatu yg selalu berasa manis, tempat menjatuhkan diri dengan segenap hati, karena tokoh-tokoh di sini sudah demikian sadar akan rasa pahit yg selalu mengikutinya....
"Yang tersisa sekarang hanyalah rute yang salah. Aku telah kehilangan kesempatan untuk pergi ke arah yang benar."
"Siapa yang bilang begitu? Kau ini sedang menanti angin. Sampai angin yang cocok datang, kau menunggu di pelabuhan."
Kaze-machi no hito secara harafiah dapat diterjemahkan sebagai "orang yang menunggu angin", dan itulah yang dikatakan Fukui Kimiko kepada Suga Tetsuji tentang dirinya saat ia secara tidak langsung mengatakan bahwa hidupnya sudah tersia-sia. Tetsuji yang sedang dilanda depresi berat mencoba mencari kedamaian di Miwashi, sebuah kota kecil di pesisir pantai Propinsi Kii. Di situ ia mendatangi rumah besar milik ibunya yang baru saja meninggal yang harus dibereskan sebelum dijual. Di kota itu pulalah ia bertemu dengan Kimiko, seorang wanita yang banyak bicara namun menyimpan keanggunan tersendiri dalam membawakan dirinya.
Suga Tetsuji adalah seorang karyawan di sebuah bank di Tokyo. Sudah lama hubungannya dengan ibunya memburuk akibat kondisi kesehatan dan pikiran sang ibu yang semakin menurun dan akhirnya malah melupakan Tetsuji dan almarhum Ayah Tetsuji (yang merupakan suami keduanya) dan malah hanya teringat pada suami pertamanya yang meninggal berpuluh tahun sebelum Tetsuji lahir. Saat akhirnya sang ibu meninggal, Tetsuji malah merasa bersalah karena tidak cukup lama mendampingi di saat-saat terakhirnya. Tetsuji bertambah beban pikiran lagi saat ia mendapati istrinya yang sangat kompetitif dan jaim, berselingkuh dengan pria lain yang lebih sukses darinya. Walaupun kemudian mengakui kesalahannya dan tidak mau diceraikan dengan alasan demi anak mereka, tapi Tetsuji telah patah arang dan terkena depresi berat, sampai-sampai diperintahkan dokter untuk mengambil cuti besar dari pekerjaannya sepanjang musim panas itu.
Di lain pihak, Fukui Kimiko adalah seorang wanita yang tampak tanpa beban, selalu tertawa dan tak pernah kehabisan bahan obrolan. Ia juga suka menumpang mobil-mobil truk yang lewat pesisir Kii dengan bayaran memotong rambut para sopirnya. Unik sekali. Suatu malam Kimiko tak sengaja "menyelamatkan" Tetsuji yang hampir tenggelam di pantai. Berawal dari kebetulan ini, Kimiko perlahan-lahan masuk dalam kehidupan Tetsuji, secara tak langsung memberinya semangat dan harapan baru, dan mengingatkannya kembali akan kehidupan yang masih berlangsung.
Namun sebenarnya hubungan ini tidak berlangsung searah saja. Lewat musik-musik klasik yang diajarkan Tetsuji kepada Kimiko, luka hati Kimiko juga pelan-pelan terobati. Ternyata Kimiko pernah memiliki putra yang sangat berbakat menjadi pianis, namun karena keretakan rumah tangga Kimiko dan almarhum suaminya, putranya ini suatu hari bermain-main di pantai hingga malam dan tewas terseret arus dalam. Dalam musik klasik dan opera, Kimiko serasa mendapatkan kembali hubungannya dengan sang putra dan akhirnya mampu merelakan kepergiannya
Hubungan persahabatan antara Kimiko dan Tetsuji kemudian tanpa disadari telah berubah menjadi hubungan cinta, namun beban-beban kehidupan dan tanggung jawab keduanya masih terus mengganduli pundak mereka. Hingga kemudian Kimiko mengambil keputusan penting bagi keduanya.... ah....
Kisah cinta yang menarik, dengan alur sederhana dan cerita yang terjaga ritmenya. Yang paling kusukai di sini adalah bahwa kedua tokoh utamanya bukan lagi anak-anak muda, tapi pria dan wanita setengah baya yang sudah merasakan pahit getir kehidupan berumah tangga. Novel ini seakan-akan berkata, "ayo, berikan cinta kesempatan sekali lagi". #eaaaak jadi ingat Dorama Fuyu no Sakura... *colek kak Lila di My Book Corner, teman baca bareng buku ini*
Bahwa kepahitan hubungan sebelumnya sebenarnya adalah pelajaran untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Baik Tetsuji maupun Kimiko digambarkan sangat realistis memandang masa depan mereka. Kisah mereka sama sekali gak sempat bergalau-galau, dan kadar keromantisan keduanya berbeda sekali jika diukur dengan cara biasa. Walau sangat nyaman berdua, mereka malah sedikit terlalu memikirkan status dan kepantasan malah. Namun pada akhiiiiirnya, dorongan dari sang Madam pemilik rumah makan di Miwashi membuat Tetsuji berani menerobos semua itu dan berjuang kembali.
Endingnya soo sweeeet... tapi adegan puncaknya ala sinetron sekaliiii, pake acara jalan kemalaman dan berhujan-hujanan. ;p
Tapi untunglah, akhir yang happy end, menutup kisah Tetsuji-Kimiko dengan manis, dan kehidupan berjalan terus...., hanya saja sekarang para supir truk kehilangan Peko-chan yang selama ini setia menggunting rambut mereka dan membawa keberuntungan :D
Sebagai catatan saja, novel ini ditranslasikan dengan sangat apik oleh penerbit Haru, langsung dari bahasa aslinya dan istilah-istilah yang perlu penjelasan juga ada footnote-nya. Jadi rasa-rasa jepunnya masih hangat terasa. Suka sekali. Semoga Penerbit Haru terus menerbitkan novel-novel oriental kontemporer seperti ini. *jempol* Untuk covernya. khas Haru sekali. Warna-warna pastel seperti lukisan cat air yang mengambil tema dari isi kisahnya. Cantik dan teduh, (meskipun aku jadi suka tertukar-tukar antara buku ini dan buku yang ini).*dua jempol*
Tentang Pengarang:
伊吹有喜 Yuki Ibuki (1969 – ) lahir di Prefektur Mie and setelah lulus Universitas bekerja sebagai editor majalah di sebuah perusahaan penerbitan sebelum akhirnya memutuskan berhenti bekerja dan menjadi penulis freelance.
Tahun 2008 ia terpilih menjadi pemenang Poplar Publishing Prize for Fiction, Special Award, untuk novel Kaze-machi no hito (Waiting for Fair Winds/Wind Leading to Love) ini. Novel keduanya, Shijukunichi no reshipi (Mourning Recipe), menjadi bestseller dan dibuat miniseri untuk televisi dan film.
Karya berikutnya Nadeshiko monogatari (Where Pinks Bloom), juga banya diperbincangkan, dan novel terbarunya Middonaito basu (Midnight Bus), dinominasikan baik untuk Yamamoto Shugoro Prize dan Naoki Prize, dua penghargaan penulisan bergengsi di negeri Jepang.
Reading Challenge:
https://www.goodreads.com/review/show/1543424537
Aaakkkk.... Aku syukaaaa reviewnya Ka Cyynnn... Aku sdh lupa detil nama tu Tetsuji sumingkir ke Warkoshi....lho...kok Warkoshi, Miwashiiii.... *kebayang ramen, udon, sushi* nyeeemmmm....
BalasHapusBaca di asianwiki Fuku no Sakura, kok aku ga pengen nonton ya... Hmmmm... *emot elus jenggot*
Iya, baca deskripsinya di buku ini jd mbayangin Miwashi... naik sepeda di pinggir pantai... main air... makan bento n timun suri... nikmat banget kayaknya... wakaka...
Hapus*itu Tonbi-nya apa kabar?* ;p
menarik banget, gabayang difilmin :))))))))
BalasHapusyang pasti kl difilmkan, cinematography-nya harussss yang bagus banget :)
Hapus