Kamis, 08 Agustus 2019

Toilet Di Hidung dan Tembong di Mata


Judul: Mereka Bilang Ada Toilet Di Hidungku
Pengarang: Ruwi Meita
Penerbit: by Penerbit Bhuana Sastra (2019)
ISBN: 9786232162587
Jumlah Halaman: 303 halaman
Penerbitan Perdana: 2019





Lihat sinopsis
Setiap hari Imalovix menjadi bahan olok-olok karena statusnya sebagai anak rahim asli. Pada zaman itu, anak-anak rahim asli dianggap kelas bawah karena kualitasnya jauh dibanding anak-anak rahim kaca yang merupakan anak unggulan, terbaik, dan kebal terhadap virus. Imalovix tidak bisa mengelak karena dia memiliki tanda lahir di bagian yang tak bisa ia sembunyikan: mata.

Suatu hari, kakeknya memberikan sebuah jurnal yang ditulis seribu tahun lalu oleh seorang gadis bernama Kecubung. Seperti Ima, Kecubung memiliki tanda lahir di hidungnya dan itu membuatnya juga diolok-olok. Dengan kemarahan karena merasa dikasihani, Imalovix mengembalikan jurnal itu kepada kakeknya.

Namun, kemarahan itu justru menimbulkan kedukaan lain, hingga Imalovix pun berharap bisa mendapatkan jurnal itu kembali.

Ada bagian dalam kehidupan ini yang harus tetap berjalan alami, dan ilmu pengetahuan tidak selamanya menjadi sebuah jawaban.

Nama Ruwi Meita adalah salah satu nama pengarang yang karyanya selalu kutunggu. Beberapa buku sebelumnya yang kubaca bertema thriller seperti Patung Garam dan Rumah Lebah, atau bernafaskan suasana seram seperti The Apuila's Child dan Misteri Bilik Korek Api. Satu hal yang pasti, semuanya menyimpan kejutan-kejutan mengagetkan dan menyenangkan. Sebenarnya aku sudah ingin sekali membaca Carmine, tapi mungkin belum jodoh, malah karya barunya ini yang sampai di tanganku terlebih dahulu, Mereka Bilang Ada Toilet Di Hidungku.

Berbeda dengan buku-buku sebelumnya, setting buku kali ini adalah sekian ratus tahun di masa depan. Karena kualitas udara di bumi sudah sedemikan buruknya, proses reproduksi manusia sudah tidak sealami seharusnya. Sebagian bayi dilahirkan buatan melalui rahim kaca, dan hanya sebagian kecil - dan dengan banyak kecacatan - yang dilahirkan secara alami. Ima adalah anak seperti ini, dan sedemikian beruntungnya (atau tidak) ia bukan hanya lahir sempurna, namun juga sangat pandai dan atletis. Kondisi Ima inilah yang membuatnya berbeda di sekolah dan menjadi berbeda kadang juga berarti menjadi outsiders.

Keadaan ini semakin diperuncing saat diadakannya suatu pertandingan antar siswa dengan hadiah yang sangat menggiurkan, dan Ima terpilih sebagai salah satu wakil sekolahnya. Menjadi peserta adalah satu hal, namun berusaha menang dari cowok paling mempesona dan mengalahkan seorang ratu sekolah adalah hal yang berbeda. Belum lagi rahasia dari masa lalunya mulai terkuak dan ada banyak orang di luar sana yang mulai tertarik pada "warisan" istimewa yang dimilikinya.

 
*  *  *

Idenya bagus sih, antara scifi dan dystopian, mix Ugly dan Handmaid's Tale, plus campuran antara Harry Potter and The Goblet of Fire  dengan Hunger Games versi gak sadis. Aku suka alur ceritanya, dan world buildingnya lumayan keren meski banyak yang bisa lebih detail. Penyelesaiannya juga masih cukup terbuka untuk sekuel-sekuel berseri-seri selanjutnya. Menarik nih buat ditunggu.

Nah, yang aku kurang sreg, adalah penggunaan bahasa jawa yang diplesetkan jadi versi bahasa jaman itu. Yolekata dari Yogyakarta (oke lah), Nuswanteirra dari Nusantara (hmm..), Tanai Siwwe (eh... taman siswa??), dll. Juga panggilan Iyangka dan Biung atau percakapan macam sigengai zink cahy yu (coba tebak apa artinya). Tapi yang paling bikin kuping keri... (eh, mata ya) adalah penggunan frase qyu dan koe. Waduuuhh, setiap kali dipakai kata "koe" (kowe), kok rasanya bergidik, orak mung ngoko, wes orak elok cara ngomonge ki. Wkwkwk....


Satu lagi yang bikin aku bertanya-tanya adalah surat Qariya di akhir jurnal Kecubung... itu kapan nulisnya ya. Jika ditulis antara test kedua dan ketiga, kan kejadian ular Boa dan hasil nilai 0 Qariya belum terjadi. Kalau ditulis setelah tes ketiga, lah kapan sempatnya, kan abis tes bukunya langsung dititipin ke Brigit dan Qariya langsung dibawa pulang sama kakek Wix, juga pena antik pinjamannya yg dibuat nulis apa ya dibawa ke mana-mana. Terus gimana dunk??!? Hmmmm....




https://www.goodreads.com/review/show/2909046882

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget