Selasa, 20 Januari 2015

(Notes Between Pages) Satu Tangan Banyak Warna - Sebuah Ekspektasi pada Pengarang Favorit



Setiap pembaca buku, novel terutama, dari genre apapun, pasti punya pengarang favorit. Nama-nama penulis yang hasil karyanya selalu ditunggu-tunggu dengan tak sabar, apalagi kalau yang ditunggu itu bagian dari sebuah seri, apalagi jika seri sebelumnya diakhiri dengan amat sangat kentangnya, gantung gak karuan *teringat Stolen Songbird yang baru saja habis dibaca*. Pasti bikin hati tak sabar menunggu kelanjutannya. Begitu pula jika novel yang dibaca adalah sebuah serial, kisah detektif In Death misalnya, yang meskipun setiap bukunya diakhiri penuh, tamat, kasus yang dihadapi selesai, tapi tetap saja ada keinginan untuk mengalami kembali ketegangan penyelidikan bersama tokoh-tokoh yang kita kenal baik layaknya seorang teman. Novel-novel lepas pun sering memiliki benang merah rasa yang sama jika berasal dari pengarang yang sama. Penggemar John Grisham dengan legal thriller-nya, atau John Green dengan sicklit-nya atau yang lagi ngetrend saat ini, Gillian Flynn dengan kisah thriller sakit jiwa-nya.

Singkatnya, seringkali sebuah nama pengarang diasosiasikan dengan sebuah genre tertentu. Pembaca, kita, ((aku)), mengharapkan bahwa setiap buku yang dituliskannya, pasti membawa warna tertentu. Sebuah ekspektasi khusus yang harus terpenuhi dari larik-larik kalimat yang membawa kisahnya.

Lalu bagaimana jika tiba-tiba pengarang favorit kita tiba-tiba melenceng dari jalur penceritaan yang kita harapkan?




Pertama kali aku mengalami hal ini adalah saat membaca A Painted House karya John Grisham, dan aku kecewa. Sangat. Yang kuharapkan adalah sebuah novel seru dengan banyak adegan pengadilan, saksi-saksi, kejahatan tersembunyi, dan pengacara berdedikasi, tetapi yang kudapat adalah kisah drama keluarga petani kapas tahun 50-an. Meh. Tapi kemudian... seiring waktu, aku justru cukup senang menikmati kisah drama non-pengadilan yang dituliskan JG, seperti Bleachers dan Skipping Christmas yang ternyata lumayan juga. Walau tanpa unsur hukum, kesan drama keadilan dalam kehidupan tetap kental dibawa. Itu bagian yang paling aku suka. Namun bagaimanapun, tetap saja, di mataku nama Grisham selalu synonymous dengan Legal Thriller!


Source: here
Kali berikutnya, giliran Jonathan Stroud yang bikin aku bengong, lagi dan lagi. Bapak dari trilogi Bartimaeus Sequence *yang sama sekali gak ada tandingannya, selalu bikin ngakak gak karuan gara-gara si jin edan, tapi tetep punya makna heroik yang gak disangka-sangka* ini menulis beberapa novel lepas, seperti The Last Siege, Heroes of the Valleys dan The Leap. Dan ketiganya jauh dari ekspektasi novel fantasi yang kuharapkan. The Last Siege malahan berkisah tentang petualangan anak-anak tanpa bagian fantasi sama sekali. Memang sih, bagian twist tak terduga-duganya masih muncul di sana-sini, tapi sekali lagi, itu semua tidak sesuai dengan harapanku, lagi pula tokoh-tokohnya tak sebanding dengan dengan Barty, sama sekali. Untunglah, tahun belakangan ini, kisah seri terbarunya, Lockwood & Co. bikin aku jatuh cinta lagi. Setting yang gak biasa, premis yang unik, karakter-karakter yang loveable, cerita seru, twist-twist tak terduga, semuanya kembali dalam seri ini.


Lain kejadiannya dengan pengarang seperti Neil Gaiman. Untuk penulis yang satu ini, kupikir percuma berharap, karena tiap kali, beliau ini selalu mengejutkanku. Aku sudah belajar untuk tidak membuat ekspektasi apa-apa untuk setiap karyanya, kecuali bahwa aku pasti nanti akan sangat menikmatinya. Dari buku dongeng balita, buku anak-anak, novel dengan genre fantasi, sci-fi, fantasi-myth, horor, short stories berbagai tema, kisah romansa, bahkan Sandman, sebuah komik berseri dengan rasa gothik terbitan Vertigo. Semuanya pernah ditulisnya. Dan entah apalagi selanjutnya. Untunglah, aku suka semuanya...


Tapi yang paling dahsyat memutar balikkan ekspektasiku adalah, tentu saja, JK Rowling. Selama bertahun-tahun aku dibesarkan dengan selalu menanti-nanti kelanjutan seri Harry Potter *siapa yang nggak sih* dan akhirnya menarik nafas lega saat menutup buku ketujuhnya, yes... All was well. Finally! Walau sudah tamat, saat itu kukira JKR bakal kembali menulis sekuel-sekuel atau spin-off spin-off seri fenomenal ini, atau seri fantasi lain yang sejenis dengan HP. Atau, di sisi ekstrimnya, malah sama sekali tidak akan menulis buku lagi.

Eaaa, ternyata aku salah besar. Karya berikut dari JKR adalah sebuah kisah drama di suatu kota, dengan banyak karakter abu-abu, dan alur-alur kisah yang menyihir dalam artian yang benar-benar berbeda. Yup, The Casual Vacancy The big novel about the small town. Belum kelar keterkejutanku akan novel ini *belum selesai baca juga deng.... sampai sekarang* sudah bocor kabar tentang Robert Galbraith dan kisah detektif-nya, Cormoran Strike.

Source: here
Iya.... JKR a.k.a. Robert Galbraith menulis kisah crime-fiction detektif partikelir ala modern Agatha Christie. Dari dua novel bantal yang sudah terbit, The Cuckoo's Calling dan The Silkworm, dan sudah kubaca tuntas-tas-tas, keduanya amat sangat bagus dan langsung jadi novel-novel CF favoritku. Pengarang yang sama yang menulis seri fantasi favoritku. Sama sekali tak terduga. Kalau saja setelah ini JKR menerbitkan karya kumpulan puisi, lalu jadi favoritku juga, tampaknya aku tak akan terkejut lagi... XD



Jadi menurutku, sah-sah saja seorang pengarang menulis karya yang melenceng dari "kebiasaanya". Proses berkarya kan sekaya pengalaman penulisnya juga. Tapi demikian pula, tidak salah bila seorang pembaca "berharap" mendapatkan rasa dan warna novel seperti ekspektasinya dari sang pengarang yang disukainya. Jika ternyata tidak demikian, aku memilih untuk berpikiran terbuka, kenapa tidak dicoba untuk mencicipi rasa baru yang ada, siapa tahu warna yang dihadirkan mengejutkan kita *dalam cara yang bagus* dan ada banyak kemungkinan kita akan menyukainya. Kalaupun tidak, yah.., anggap saja kita mencoba mengenal sisi-sisi lain dari sang pengarang favorit. Satu karya yang tak memenuhi selera kita, bukan berarti dia jadi pengarang yang buruk kan... IMHO.




14 komentar:

  1. entah kenapa setelah baca Bartimeaus aku kurang sreg dengan tulisan Jonathan Stroud, tapi berharap sama seri terbarunya, mungkin dia lebih baik kalo nulis novel berseri daripada stand alone :)
    Jadi pengen nyoba John Grisham nih mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, barty itu memang T.O.P.B.G.T. dan mungkin karena itu, setiap baca stroud, kita jadi balik ngebandingin dengan barty lagi ya.

      John Grisham itu novel yang seru pas dibaca, entar pas selesai, narik napas panjang terus berasa capeee banget. lega n puas... tapi capek XD.
      JG favoritku The Client atau Runaway Jury, recommended buat Sulis ^^

      Hapus
  2. lagi nyari-nyari inspirasi buat nulis opini bareng....top tulisannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. eaaa, dibilang top sama bang epi, jadi berasa gimana gituh..... makasih bang epi :)

      Hapus
  3. JG baru baca 1 buku (pernah baca Painted Veil tapiu gak lanjut), Stroud belum baca satu pun, JKR, jangan tanya, hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. idihh.... painted house mastez.... house!! kalo painted veil kan nopel romens....
      jadi kesimpulannya, mastez mau ngado aku ilustrated harpot yang baru mo terbit itu ya? #eh #ditabokpakeCleanSweep XD

      Hapus
  4. Iyaa banget, aku pun kalau baca buku tulisan penulis favorit seperti Clara Ng otomatis ekspetasi naik setinggi langit. Makanya beberapa buku beliau jadinya kurating rendah karena gak sesuai harapan *heh

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, kalau sudah 'cocok' sama satu pengarang suka begitu kejadiannya ya :) *baru sekali baca clara ng*

      Hapus
  5. Sering mengalami kejadian ini. Membuat ekspetasi yang berlebihan dan berakhir dengan rasa kecewa. Selalu. Seperti novel Melbourne-nya winna Efendi yang membosankan, (banyak orang yang bilang seru), pada akhirnya, aku nggak pernah menyentuh halaman terakhir pada buku itu. Karena buku itu, aku menggeser Winna Efendi dan menempatkan Windry ramadhina sebagai pengarang Indonesia favoritku (dari segi cara penulisan)
    Kunjungi postku juga ya :) : https://starlibrary.wordpress.com/2015/01/29/opini-bareng-january-expectation/

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku juga suka windry ramadhina, gaya nulisnya khas ya :D

      Hapus
  6. Setuju banget! Penulis berkembang setiap saat. Mereka juga ingin selalu mengeksplorasi hal-hal baru dalam hal kekaryaan. Mereka berproses sambil menantang dirinya sendiri. Saya sukses dalam genre ini dan saya mampu dengan genre yang lain. Sebaik yang dilakukan penulis lain yang sudah sukses mengeksekusi genre itu. Jadi kenapa tidak saya coba?
    Tapi pada akhirnya, pembacalah rajanya! Mampukah buku mereka disukai (lagi), atau tidak sama sekali?
    Tapi saya pikir, voice mereka tidak akan terpengaruhi. Bagi pembaca yang sangat menaruh perhatian dengan unsur "voice" atau "style" penulis seperti saya, sulit untuk berhenti menyukai penulis yang sudah disukai karena alasan itu ^_^
    Omong-omong, banyak banget recommended book yang harus saya coba lantaran membaca artikel ini :) Siapa tahu menambah daftar penulis favorit saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. glad you liked it. ^^V

      iya, bagiku pengarang favorit ya tetap aja favorit, meski 1 atau 2 bukunya mungkin nggak terlalu kusukai. hehehe... seleraku kelihatan kalau fantasi n crime fiction banget ya

      Hapus
  7. waahh saya juga suka buku-buku nya Stroud, terutama barty *belum tertandingi* dan sekarang ada si darling Lockwood. Kemudian raised an eyebrow ketika baca heroes of the valleys.

    Neil Gaiman juga masuk list favorite setelah baca coraline, stardust, dan anansi boys. Masih mau nyari Good Omens yang duet sama Sir Terry Pratchett.

    And of course I grew up with Harry Potter, sempet mau beli si Casual Vacancy ini ketika lagi ada diskon gede-gedean di Toko Buku, tapi setelah baca review sana sini jadi males.

    Coba deh baca buku-bukunya John Connolly. Totally worthed it.

    kalo sempet mampir-mampir ke www.sthaap.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beberapa novel John Connolly sudah pernah baca. The Book of Lost Thing lumayan suka tapi kalau seri Charlie Parker entah kenapa aku nggak terlalu suka... terlalu kelam n depressing rasanya (baru baca Dark Hollow sama Black Angel sih) :p

      sthaap.blogspot.com OK, noted!

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget